Selamat Datang di Situs Resmi "Belajar Al Qur'an & As Sunnah"

Meninggalkan Adat yang Tak Sesuai Syariat

Segala Puji bagi Allah, Ketika seseorang semakin merasa temteram dan bahagia memeluk dan mengamalkan agama islam, maka disisi yang lain harus pula semakin rajin menata diri dan membiasakan diri dengan menta’ati tuntunan Allah dan Rasulnya, serta meninggalkan segala sesuatu yang kurang bermanfaat bagi hidupnya, tentang diri dan hartanya baik berhubungan dengan keselamatan, kebahagiaan dan kedamaian hidupnya.

 
Manusia sering membuat ritual-ritual dan adat-adat kebiasaan yang berhubungan dengan kelahiran, menyongsong kedewasaan, perkawinan dan kematian. Empat hal tersebut sering menjadi saat-saat istimewa yang kadang-kadang dilakukan dengan memberatkan diri atau dengan cara-cara yang salah. Memang tiga masalah tersebut sangat mendominasi pesta-pesta dan perayaan dalam kehidupan seseorang, dan dijaman hari ini ditambah satu lagi, yaitu pesta ulang tahun.

Islam menuntun kita bagaimana cara melaksanakan kegembiraan ketika menghadapi kelahiran, perkawinan dan bagaimana pula menghadapi kesusahan ketika menghadapi kematian keluarga. Seharusnya perlu tiga hal tersebut dibukukan dalam sebuah buku tuntunan, sehingga umat islam dapat berpegang teguh dengan contoh-contoh Rasulullah Muhammad SAW dalam menghadapi kejadian-kejadian tersebut.

Ada satu hal lagi yang dilakukan di saat-saat musim liburan pada anak-anak orang-orang Islam, yaitu perayaan khitanan, yang dalam islam jelas-jelas disejajarkan bahwa melakukan khitan sama dengan mencukur kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan mencukur rambut kemaluan. Namun upacara khitanan sering dilakukan dengan prosesi adat yang menghadirkan suasana pesta hingar-bingar dan boros.

Fitrah manusia ada lima yaitu dikhitan (disunat), mencukur rambut kemaluan, menggunting (merapikan) kumis, memotong kuku (kuku tangan dan kaki) serta mencabuti bulu ketiak. (HR. Bukhari)

Seorang muslim yang dikhitan biasanya dilakukan saat menjelang akhil baligh, saat-saat perubahan dari anak-anak menjadi manusia dewasa, manusia yang terbebani dengan beban agama, seorang putri ditandai dengan datangnya kebiasaan Haid(datang bulan), dan bagi seorang anak laki-laki ditandai dengan mulai terjadi mimpi basah(mimpi dan keluar air mani).

Orangtua yang mengetahui posisi anaknya yang telah menginjak dewasa, maka apa yang harus dilakukan adalah dengan mengikuti bimbingan Allah dan Rasulnya, sebagaimana sabdanya yang artinya :
Suruhlah anak-anakmu shalat bila berumur tujuh tahun dan gunakan pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur mereka (antara putera dan puteri). (HR. Abu Dawud)
Menuntut ilmu(tentang islam) wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah). (HR. Ibnu Majah)
Orang yang dalam benaknya tidak ada sedikitpun dari Al Qur’an ibarat rumah yang bobrok. (Mashabih Assunnah) 

Upacara pesta khitanan pada saat ini telah menjadi upacara adat, yang tidak hanya dilakukan oleh orang islam saja, namun juga dilakukan oleh orang-orang diluar islam.
Umat islam ketika mengkhitankan anak-anaknya tentunya harus memiliki kesadaran yang berbeda dengan umat-umat yang lainnya, dan akan sangat afdhol bila semuanya itu dilakukan dengan tuntunan Rasulullah Muhammad SAW, dalam mengikuti jalan-jalan Nabi Ibrahim kekasih Allah.

Ketika seorang anak sudah dikhitan, maka kesungguhan dan kerajinan untuk menekuni dan memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah harus digalakkan dan ditingkatkan. Karena pengendalian dan pembentukan jiwa menjadi seorang Islam yang berkwalitas akan lebih sempurna bila dilakukan sejak dini, dengan bimbingan yang penuh kecermatan.
Pengendalian hawanafsu dengan mematuhi tuntunan Allah dan Rasulnya yang dilakukan sejak usia muda akan menjadi kemudahan bagi masa-masa selanjutnya, dan akan menjadi kemuliaan yang terus terjaga sepanjang hidupnya. Mari kita tinggalkan adat-adat yang salah dan kita kembali mengikuti sunnah.

Ubay bin Ka’ab ra, pernah menyampaikan yang artinya
“Sesungguhnya sederhana dalam jalan hidup dan sunnah Nabi Shalallahu alaihi wa sallam adalah lebih baik daripada banyak tetapi menyalahi jalan hidup dan sunnah Nabi Shalallahu alaihi wa sallam. Maka lihatlah amal kamu, baik banyak maupun sedikit, agar yang demikian itu sesuai dengan jalan hidup dan sunnah Nabi Shalallahu alaihi wa sallam”

Wallahu’alam

Posting Lebih Baru Posting Lama

Leave a Reply

Den Ryono. Diberdayakan oleh Blogger.

Dan Janganlah Kamu Mengikuti Apa yang Kamu Tidak Mempunyai Pengetahuan Tentangnya (Ilmunya). Sesungguhnya Pendengaran, Penglihatan dan Hati, Semuanya itu akan diminta Pertanggungan Jawabnya. (QS. Al-Isra : 36)

Kutinggalkan Pada Kamu Sekalian 2 Perkara Yang Kamu Tidak Akan Sesat Apabila Kamu Berpegang Teguh Pada Keduanya, Yaitu : Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya [[HR. Malik Dalam Al-Muwaththa' Juz 2 Hal 899]]