Selamat Datang di Situs Resmi "Belajar Al Qur'an & As Sunnah"

2013

Thaharah 2


Najis atau Rijs ialah sesuatu yang dipandang kotor oleh syara’/ hukum agama. Dan ini, berdasar keterangan yang diambil dari ayat dan hadits-hadits, terbagi menjadi 3 :
  1. Najis ‘Aqidah, artinya kotor dalam kepercayaan/keyaqinan-nya.
 2. Najis untuk dimakan/diminum, artinya benda-benda itu haram untuk dimakan/diminum.
  3.  Najis disentuh, maksudnya kita diwajibkan untuk mencuci/ membersihkannya bila kita menyentuh/tersentuh benda-benda tersebut.
Dalam bab ini kita hanya akan membahas bab yang no. 3 yakni “Najis disentuh”.

Yang termasuk najis disentuh
Menurut qaidah ushul (aturan-aturan untuk menetapkan suatu hukum agama), asal segala sesuatu benda itu adalah halal dan suci serta boleh dipergunakan untuk apasaja, kecuali bila ada keterangan agama yang mencegahnya, baik dari Al-Qur’an maupun dari hadits yang shahih.

Baca selengkapnya »

Thaharah 1


1. Air Muthlaq
Firman Allah SWT :
اِذْ يُغَشّيْكُمُ النُّعَاسَ اَمَنَةً مّنْهُ وَ يُنَزّلُ عَلَيْكُمْ مّنَ السَّمَآءِ مَآءً لّيُطَهّرَكُمْ بِه…. الانفال:11
Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu. [QS. Al-Anfaal : 11]
وَ اَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَآءِ مَآءً طَهُوْرًا. الفرقان:48
Dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih. [QS. Al-Furqaan : 48]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَللّهُمَّ طَهّرْنِى بِالثَّلْجِ وَ اْلبَرَدِ وَ اْلمَاءِ اْلبَارِدِ. مسلم
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Ya Allah, sucikanlah aku dengan salju, embun dan air sejuk dingin”. [HR. Muslim]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: سَأَلَ رَجُلٌ رَسُوْلَ اللهِ ص فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَنَا نَرْكَبُ اْلبَحْرَ وَ نَحْمِلُ مَعَنَا اْلقَلِيْلَ مِنَ اْلمَاءِ فَاِنْ تَوَضَّأْنَا بِهِ عَطِشْنَا. اَفَنَتَوَضَّأُ بِمَاءِ اْلبَحْرِ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: هُوَ الطَّهُوْرُ مَاؤُهُ اَلْحِلُّ مَيْتَتُهُ. الخمسة و قال الترمذى: هذا حديث حسن صحيح
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW, orang itu berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami biasa berlayar di lautan, dan kami hanya membawa air sedikit. Apabila kami gunakan untuk berwudlu, maka kami akan kehausan. Apakah kami boleh berwudlu dengan air laut ?”. Rasulullah SAW bersabda, “Dia (laut) itu suci airnya dan halal bangkainya”. [HR. Khamsah, Tirmidzi berkata : Ini adalah hadits hasan shahih]

Baca selengkapnya »

Keadilan Islam Dalam Keragaman dan Perbedaan


Tindak kekerasan yang melibatkan umat Islam sering oleh kelompok liberal dijadikan alasan untuk menstigma kaum Muslim sebagai entitas yang paling tidak bisa toleran dengan penganut keyakinan lain. Stigma ini sejatinya untuk membenarkan pandangan sesat kaum liberal yang menyatakan bahwa munculnya kekerasan di dunia Islam disebabkan adanya “truth claim” dan “fanatisme”. Menurut mereka, selama umat Islam masih berpegang teguh pada truth claim dan sikap fanatic terhadap agamanya, maka budaya kekerasan akan terus melekat pada diri kaum Muslim. Untuk itu, agar umat Islam bisa bersikap toleran terhadap penganut keyakinan lain, truth claim dan fanatisme harus dihapuskan dengan cara “menyakini kebenaran agama lain” dan memaknai istilah-istilah keagamaan yang berpotensi melahirkan radikalisme—seperti Islamkafirjihadtaghut, serta amar makruf nahi mungkar—dengan makna baru yang lebih toleran (sejalan dengan pluralisme-liberalisme). Dengan cara inilah, menurut mereka, kekerasan di Dunia Islam bisa dihilangkan.

Baca selengkapnya »

Sikap Khalifah dan Umat Islam Terhadap Kemungkaran


Seorang Muslim, baik penguasa maupun rakyat, tidak diperkenankan toleran terhadap kekufuran dan kemaksiatan, apapun bentuknya. Kekufuran dan kemaksiatan harus dilenyapkan. Hanya saja, Islam tidak memaksa orang-orang kafir untuk masuk ke dalam agama Islam. Adapun seorang Muslim yang melakukan tindak kemaksiatan, maka ia akan mendapatkan sanksi sejalan dengan ketetapan syariah. Penjatuhan sanksi bagi pelanggar dengan potong tangan, perang, rajam, dan sebagainya, merupakan perkara lumrah yang diakui dalam perspektif Islam. Pengingkaran orang-orang kafir terhadap hukum-hukum Islam, khususnya yang berkenaan dengan jihad, hududjinayat, dan sebagainya tidak berarti sama sekali.

Baca selengkapnya »

Puasa Sunnah 4


Hari- hari yang dilarang Berpuasa :
1. Dua hari raya : yaitu hari raya 'Iedul Fithri dan 'Iedul Adlha

عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ رض قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ص عَنْ صَوْمِ يَوْمِ اْلفِطْرِ وَ النَّحْرِ. البخارى 2: 249
Dari Abu Sa'id RA, ia berkata, "Nabi SAW telah melarang (orang) berpuasa pada hari raya 'Iedul Fithri dan hari raya Qurban ('Iedul Adlha)". [HR. Bukhari juz 2, hal. 249]
عَنْ عُمَرَ بْنِ اْلخَطَّابِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَنْهَى عَنْ صَوْمِ هذَيْنِ اْليَوْمَيْنِ، اَمَّا يَوْمُ اْلفِطْرِ فَفِطْرُكُمْ مِنْ صَوْمِكُمْ وَ عِيْدٌ لِلْمُسْلِمِيْنَ، وَ اَمَّا يَوْمُ اْلاَضْحَى فَكُلُوْا مِنْ لَحْمِ نُسُكِكُمْ. الترمذى 2: 135، رقم: 769
Dari Umar bin Khaththab, ia berkata, Saya mendengar Rasulullah SAW melarang dari puasa pada dua hari raya. Adapun Iedul Fithri, maka itu adalah hari berbuka kalian dari puasa (Ramadlan) dan hari raya bagi orang-orang Islam. Dan adapun Iedul Adlha, maka makanlah daging ibadah qurban kalian. [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 135, no. 769]

Baca selengkapnya »

Puasa Sunnah 3

Puasa Sunnah Menurut Tuntunan Rasulullah SAW

6. Puasa tiga hari pada tiap bulan (Qamariah)
عَنْ مُعَاذَةَ اْلعَدَوِيَّةِ اَنَّهَا سَأَلَتْ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيّ ص: اَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَصُوْمُ مِنْ كُلّ شَهْرٍ ثَلاَثَةَ اَيَّامٍ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. فَقُلْتُ لَهَا: مِنْ اَيّ اَيَّامِ الشَّهْرِ كَانَ يَصُوْمُ؟ قَالَتْ: لَمْ يَكُنْ يُبَالِى مِنْ أَيّ اَيَّامِ الشَّهْرِ يَصُوْمُ. مسلم 2: 818
Dari Muadzah Al-Adawiyah bahwasanya ia bertanya kepada Aisyah istri Nabi SAW, Apakah Rasulullah SAW berpuasa tiga hari pada setiap bulan ?. Aisyah menjawab, Ya. Lalu aku bertanya lagi kepadanya, Pada tanggal berapa beliau berpuasa ?. Aisyah menjawab, Beliau tidak peduli tanggal berapa saja berpuasa pada bulan tersebut. [HR. Muslim juz 2, hal. 818]
عَنْ اَبِى ذَرّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ صَامَ مِنْ كُلّ شَهْرٍ ثَلاَثَةَ اَيَّامٍ فَذلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ. فَاَنْزَلَ اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالىَ تَصْدِيْقَ ذلِكَ فِى كِتَابِهِ. مَنْ جَاءَ بِاْلحَسَنَةِ فَلَه عَشْرُ اَمْثَالِهَا. اَلْيَوْمُ بِعَشْرَةٍ. الترمذى 2: 131، رقم: 759
Dari Abu Dzarr, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Barangsiapa berpuasa tiga hari setiap bulan, maka yang demikian itu sama dengan puasa sepanjang masa. Kemudian Allah Tabaaraka wa Taaalaa menurunkan ayat yang membenarkan hal itu dalam kitab-Nya. (Barangsiapa beramal baik, maka baginya pahala sepuluh kali lipat) [Al-Anaam : 160]. Puasa satu hari sama dengan sepuluh hari (pahalanya). [HR. Tirmidzi jz 2, hal. 131, no. 759]

Baca selengkapnya »

Puasa Sunnah 2

Puasa Sunnah Menurut Tuntunan Rasulullah SAW 


3. Puasa Tasu'a dan 'Asyura
Tasu'a ialah hari yang ke-9 dari bulan Muharram, sedang 'Asyura’ adalah hari yang ke-10 dari bulan tersebut.
عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ : كَانَتْ قُرَيْشٌ تَصُوْمُ عَاشُوْرَاءَ فِى اْلجَاهِلِيَّةِ وَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَصُوْمُهُ. فَلَمَّا هَاجَرَ اِلَى اْلمَدِيْنَةِ صَامَهُ وَ اَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ شَهْرُ رَمَضَانَ، قَالَ: مَنْ شَاءَ صَامَهُ وَ مَنْ شَاءَ تَرَكَهُ. البخارى و مسلم و الترمذى و ابو داود و ابن ماجه و احمد و مالك و الدارمى
Dari Aisyah RA, ia berkata : Adalah kaum Quraisy berpuasa Asyura pada masa jahiliyah dan Rasulullah SAW juga berpuasa. Maka setelah berhijrah ke Madinah, beliau tetap berpuasa Asyura dan memerintahkan kepada para shahabat untuk berpuasa pada hari itu. Maka setelah diwajibkan puasa di bulan Ramadlan, lalu beliau bersabda, Barangsiapa yang ingin berpuasa Asyura silakan berpuasa, dan barangsiapa yang ingin meninggalkannya silakan tidak berpuasa. [HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, Malik dan Darimiy]
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ اَبِى سُفْيَانَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: اِنَّ هذَا يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ وَ لَمْ يُكْتَبْ عَلَيْكُمْ صِيَامُهُ وَ اَنَا صَائِمٌ. فَمَنْ شَاءَ صَامَ وَ مَنْ شَاءَ فَلْيُفْطِرْ. البخارى و مسلم
Dari Muawiyah bin Abu Sufyan, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya hari ini adalah hari 'Asyura tetapi tidak diwajibkan atas kamu puasa hari ini, sedang aku berpuasa. Oleh sebab itu, barangsiapa ingin berpuasa silakan berpuasa, dan barangsiapa ingin tidak berpuasa, silakan tidak berpuasa". [HR. Bukhari dan Muslim]

Baca selengkapnya »

Puasa Sunnah 1

Puasa Sunnah Menurut Tuntunan Rasulullah SAW


1. Puasa enam hari di bulan Syawwal
عَنْ اَبِى اَيُّوْبَ اْلاَنْصَارِيّ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ  ثُمَّ  اَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ. مسلم 2: 822
Dari Abu Ayyub Al-Anshariy, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa puasa Ramadlan lalu ia iringi dengan puasa enam hari dari Syawwal, adalah (pahalanya) itu seperti puasa setahun". [HSR. Muslim juz 2, hal. 822]
عَنْ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُوْلِ اللهِ ص عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص اَنَّهُ قَالَ: مَنْ صَامَ سِتَّةَ اَيَّامٍ بَعْدَ اْلفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ مَنْ جَاءَ بِاْلحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ اَمْثَالِهَا. ابن ماجه 1: 547
Dari Tsauban bekas budak Rasulullah SAW dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Barangsiapa puasa enam hari sesudah Hari Raya 'Iedul Fithri, adalah (serupa) sempurna setahun, (karena) barangsiapa mengerjakan kebaikan, maka ia mendapat pahala sepuluh kali ganda". [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 547]

Baca selengkapnya »

Postingan Lebih Baru Postingan Lama

Den Ryono. Diberdayakan oleh Blogger.

Dan Janganlah Kamu Mengikuti Apa yang Kamu Tidak Mempunyai Pengetahuan Tentangnya (Ilmunya). Sesungguhnya Pendengaran, Penglihatan dan Hati, Semuanya itu akan diminta Pertanggungan Jawabnya. (QS. Al-Isra : 36)

Kutinggalkan Pada Kamu Sekalian 2 Perkara Yang Kamu Tidak Akan Sesat Apabila Kamu Berpegang Teguh Pada Keduanya, Yaitu : Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya [[HR. Malik Dalam Al-Muwaththa' Juz 2 Hal 899]]