Mengetuk hati Orangtua Tuk Mengaji Al-Qur’an dan As-Sunnah
Segala puji hanya bagi Allah Tuhan pencipta dan Pemelihara semesta
alam, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah
SAW, keluarga sahabat dan seluruh pengikut beliau dalam mengikuti jalan
pentunjuk-Nya.
Islam sebuah agama yang menuntun manusia meniti jalan keselamatan,
kebahagiaan, ketenangan, ketenteraman, kedamaian, kemuliaan dan jaminan
mendapatkan kemuliaan jalan mendaki menuju kemuliaan di sisi Allah SWT
di akherat.
Alif, laam raa.(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan
kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada
cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan
Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (QS. 14:1)
Dijaman Rasulullah mulai berdakwah benar-benar terjadi perubahan
besar dan mendasar namun perubahan yang demikian itu diawal da’wah telah
terjadi berbagai macam gejolak-gejolak. Indahnya Islam yang penuh
dengan cahaya namun masih terasa silau bagi umat manusia yang terbiasa
di dalam kegelapan. Banyak manusia yang masih meragukan akan keindahan,
kemuliaan, dan kebenaran Islam.
Abu Bakar yang mendapat gelar Asy-Sidiq ( yang selalu membenarkan)
apa-apa yang di sampaikan Rasulullah Muhammad SAW, kedua orangtuanya pun
tidak bersegera masuk Islam, bahkan istri Abu Bakar pun tidak bersegera
masuk Islam, sehingga anak-anak Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah
bagaimana hubungan mereka kepada orang tuanya yang masih kafir, dan
Rasulullah menjawab bahwa tetap saja kita harus menyantuni dengan baik
dan tetap menyambung dengan kebaikan kebaikan, namun dalam masalah
keyakinan, aqidah tidak boleh mengikuti mereka, sebagaimana nasehat
Luqman kepada anaknya dalam firman Allah yang artinya
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. 31:15)
Dalam dunia pendidikan sudah sering dijumpai generasi muda yang telah
mendapat pemahaman dan pencerahan Islam menjadi generasi yang gesit dan
berpikir bersih, maju dan besar. Namun kadang generasi tua yang
membersamainya masih saja loyo dan kurang bersemangat melakukan
perbaikan dan pengembangan. Sekat-sekat yang seperti inilah yang membuat
gesekan-gesekan banyak terjadi antara generasi muda dan generasi tua
dalam mengisi kehidupan.
Segala puji bagi Allah, sungguh berbahagia para orang tua yang sebelum matinya, di hari tuanya telah bertekun dalam membaca, mempelajari dan memahami serta mengamalkan Islam belajar Al-Qur’an dan As-Sunnah, sehingga mereka memahami akan terang benderangnya Islam dan memahami akan semangat besar para generasi muda yang telah tercerahkan dan terpahamkan dengan Islam dan bersemangat mengamalkan Islam.
Segala puji bagi Allah, sungguh berbahagia para orang tua yang
memahami semangat besar anak-anak muda yang ingin hidup bersih, mulia
dan bahagia. Dan mendukung mereka dengan penuh sarana dan do’a, agar
cita-cita generasi muda yang demikian bersih dan mulia tersalurkan dan
terarah sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulnya.
Namun kita generasi muda
kadang harus bersabar, ketika kita menghadapi orangtua kita atau
generasi tua yang enggan untuk menekuni, menghayati dan mempelajari
Al-Qur’an dan As-Sunnah, sehingga mereka sering curiga dan curiga dan
curiga kepada generasi muda yang ingin hidup bersih, hidup mulia, penuh
semangat besar dan bergelora.
Segala puji bagi Allah sungguh kita generasi muda dan generasi tua
haruslah memahami, bahwa generasi tua adalah tempat lantaran tumbuhnya
generasi muda. Generasi Tua pada umumnya akan segera dipanggil Allah,
sedang generasi muda pada umumnya adalah masih memiliki masa yang lebih
panjang untuk hidup. Namun masing-masing punya tanggung jawab yang sama
dihadapan Allah
Dan jagalah dirimu dari (‘azab) hari (kiamat, yang pada
hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau seikitpun; dan
(begitu pula) tidak diterima syafa’at dan tebusan daripadanya, dan
tidaklah mereka akan ditolong. (QS. 2:48)
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, (QS. 26:88)
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (QS. 26:89)
dan (di hari itu) didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertaqwa, (QS. 26:90)
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (QS. 26:89)
dan (di hari itu) didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertaqwa, (QS. 26:90)
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa. (QS. 43:67)
Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkalala yang kedua), (QS. 80:33)
pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, (QS. 80:34)
dari ibu dan bapaknya, (QS. 80:35)
dari isteri dan anak-anaknya, (QS. 80:36)
Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. (QS. 80:37)
pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, (QS. 80:34)
dari ibu dan bapaknya, (QS. 80:35)
dari isteri dan anak-anaknya, (QS. 80:36)
Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. (QS. 80:37)
Berbahagialah orang-orang yang memahami kebersihan dan semangat
menggelora generasi muda yang memperbaiki diri dan lingkungannya agar
bertaqwa kepada Allah, mengikuti jalan yang ditunjukkan Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Dan berbahagialah orang tua yang mendukung usaha-usaha mulia
mereka dan bahkan ikut tekun membantu mereka.
Namun celakalah para orang tua yang tidak mau memahami semangat yang
Allah limpahkan kepada generasi muda, dan tetap saja berkubang dalam
kubangan dosa, sehingga walaupun umur suda tua dan waktu ajal sudah
dekat namun masih belum juga menemukan pencerahan, sehingga akan
bernasib sama dengan bapaknya nabi Ibrahin yang di kisahkan dalam
Al-Qur’an yang artinya :
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya
Aazar:”Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai ilah-ilah.
Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”.
(QS. 6:74)
Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk
bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah
diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa
bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri
daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut
hatinya lagi penyantun. (QS. 9:114)
Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya:”Wahai
bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak medengar, tidak
melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun. (QS. 19:42)
Berkata bapaknya:”Bencikah kamu kepada ilah-ilahku, hai
Ibrahim Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan
tinggalkanlah aku buat waktu yang lama”. (QS. 19:46)
(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan
kaumnya: “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?”
(QS. 21:52)
Sungguh bebahagialah sebuah keluarga yang didalamnya diisi orang-orang tua dan orang-orang muda bersatu padu dalam belajar, memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dan semuanya menemukan kebahagiaan, semoga generasi tua mau menyadari segala kekurangan dirinya, demikian pula generasi muda, mampu tetap berperilaku baik dan memuliakan generasi tua. Namun di jaman kapanpun orang-orang yang berdosa sering secara spontan benci kepada nasehat , apalagi ketika nasehat itu keluar dari yang lebih muda.
Sungguh berbahagialah orang-orang yang mau memahami bahwa kebenaran
itu datangnya dari Allah. Siapapun Allah tunjuki maka merekalah yang
lebih dahulu menyampaikan kepada mereka yang belum tahu. Tidak memadang
apakah lebih tua atau lebih muda. Bebahagialah orang muda dan orang tua
yang tekun mengamalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam hidupnya untuk
bahagia di dunia dan di akherat.
Wallahu a’lam
Posting Lebih Baru Posting Lama