Selamat Datang di Situs Resmi "Belajar Al Qur'an & As Sunnah"

Jangan Tergesa Dalam Berproses Sunnatullah

Prinsip utama ikhtiar dalam Islam adalah berusaha dengan keras, dengan cara halal, berdoa kepada Alloh SWT dan menyiapkan diri untuk bersyukur (baca: siap menerima dan siap jika belum diijinkan Allah swt).
“…Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” [Q.S. ar-Ra'd 13:11]

Mari Belajarlah dari proses metamorfosis kupu-kupu.
Tugas seekor ulat adalah berusaha untuk menjadi kepompong, untuk proses tersebut ulat harus berjuang memakan dedauan dan tentunya itu membutuhkan perjuangan dan waktu yang harus dijalani oleh ulat.

Begitupun manusia diwajibkan untuk berikhtiar dalam hidup dan untuk menjalaninya diperlukan kesabaran karena harus menjalani waktu dan mengeluarkan tenaga yang tidak sedikit.

Setelah kerja ulat tercapai targetnya, ia pun berubah menjadi kepompong dan selanjutnya sang ulat tidak bisa berbuat lebih selain memasrahkan sepenuhnya pada kinerja tubuhnya sendiri.

Bisa saja kepompong itu hancur sebelum menjadi kupu-kupu atau dimakan oleh pemangsa, tetapi bisa juga ia berhasil berproses menjadi kupu-kupu. Di sinilah letak ketawakalan ulat selama menjadi kepompong karena ia sekarang menjadi tak berkuasa melakukan apapun.

Demikian juga dengan kita, setelah ikhtiar dicapai, langkah selanjutnya kita bertawakal memasrahkan hasilnya kepada Allah karena memang itu wilayah-Nya bukan bagian kita. Dalam proses ini pun lagi-lagi dibutuhkan kesabaran menunggu waktu karena kita tidak mengetahui dengan pasti apa yang akan terjadi selanjutnya dan berapa lama akan terjadi.

Buah dari kesabaran saat berikhtiar dan kesabaran dalam ketawakalan selama menjadi kepompong, maka ia pun akhirnya dianugerahi menjadi kupu-kupu yang indah.

Sebagai tanda terima kasihnya kepada Allah, ia pun tunduk dan menjalankan apa yang diperintahkan Allah kepadanya, yaitu memberikan manfaat dengan menyerbuki bunga dan bertelur sebelum ia mati.

Jadi bila memang kita sudah yakin usaha kita sudah maksimal, selanjutnya kita bertawakal, pasrahkan kepada Allah karena apa yang menjadi bagian kita atau apa yang menjadi kewajiban kita, sudah kita tunaikan, sisanya kita serahkan kepada Allah untuk mengurusnya.

Pengin seperti Mi Instan
Manusia dicipta dengan nafsu tergesa-gesa. Semua ingin cepat berbuah, apalagi jika sudah merasa benar dalam menempuhnya.
“Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. kelak akan aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.” [Q.S. al-Anbiyaa 21:37]

Maka kesabaran dan ketekunan dengan perencanaan adalah kunci sukses menjalani hidup sejahtera di dunia dan juga mendapat ridho Alloh SWT di akherat.
Tidak akan ada kekhawatiran dan kesedihan bagi siapa saja yang menyandarkan dirinya kepada Allah. Ini adalah sebuah jaminan Maha Terpercaya tidak perlu ragu-ragu.
“Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” [Q.S. al-Baqarah 2:112]

Muslim Dilarang Putus Asa
Jika semua proses telah dilakukan dan hasilnya tidak sesuai yang didambakan. Alangkah indahnya sikap seorang muslim yang bertaqwa. Apa tuh? Bersyukur jika doa dikaruniakan dan bersabar dan tabah jika belum dikabulkan usaha ini oleh Alloh swt.
…. dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir. [QS. Yusuf : 87]
…. tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat. [QS. Al-Hijr : 56]

Posting Lebih Baru Posting Lama

Leave a Reply

Den Ryono. Diberdayakan oleh Blogger.

Dan Janganlah Kamu Mengikuti Apa yang Kamu Tidak Mempunyai Pengetahuan Tentangnya (Ilmunya). Sesungguhnya Pendengaran, Penglihatan dan Hati, Semuanya itu akan diminta Pertanggungan Jawabnya. (QS. Al-Isra : 36)

Kutinggalkan Pada Kamu Sekalian 2 Perkara Yang Kamu Tidak Akan Sesat Apabila Kamu Berpegang Teguh Pada Keduanya, Yaitu : Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya [[HR. Malik Dalam Al-Muwaththa' Juz 2 Hal 899]]