Dahsyatnya Manfaat Menulis untuk Dakwah
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنَ الْبَيَانِ لَسِحْرًا
Nabi saw bersabda: Sesungguhnya sebagian dari penjelasan itu
benar-benar sihir. (HR Bukhari). Menulis merupakan pekerjaan yang
gampang-gampang susah. Gampang dilakukan dari sisi lahiriyah yang hanya melibatkan anggota bandan mata dan tangan, akan tetapi sangat susah untuk
menghimpun dan menyampaikan sebuah ide secara lugas dan tuntas dengan
didukung oleh opini yang rasional dan bukti-bukti yang faktual.
” Tak ada resep yang lebih baik menjadi penulis, kecuali dengan menulis sekarang juga
” Penulis yang berbakat gagal menemukan banyak alasan untuk tidak memulai tulisannya
” Sementara orang-orang yang berbakat sukses, selalu menemukan energi setiap kali gagal
” Seringkali yang membuat pena terhenti menuangkan kata adalah keinginan untuk melahirkan tulisan yang banyak disanjung orang. Sementara yang memecah kebuntuan adalah sikap apa adanya dalam menuturkan kebenaran.”
” Penulis yang berbakat gagal menemukan banyak alasan untuk tidak memulai tulisannya
” Sementara orang-orang yang berbakat sukses, selalu menemukan energi setiap kali gagal
” Seringkali yang membuat pena terhenti menuangkan kata adalah keinginan untuk melahirkan tulisan yang banyak disanjung orang. Sementara yang memecah kebuntuan adalah sikap apa adanya dalam menuturkan kebenaran.”
Untuk menjelaskan definisi sebuah kata saja kadang harus membuka
beberapa kamus, ensiklopedia dan buku-buku terkait. Apalagi kalau di
kalangan para ilmuwan sendiri muncul perbedaan pendapat. Nah di sini orang yang akan menulis harus harus mengambil posisi yang jelas, memihak A, memihak B atau netral.
Ada banyak faktor yang berpengaruh sehingga orang tidak suka menulis dan tidak terbiasa menulis. Yang pertama adalah skill dalam arti kemampuan dan ketrampilan menulis yang lemah.
Jangan dikira menulis tidak memerlukan ketrampilan, asal coret saja
sudah jadi. Tidak, yang sebenarnya tidak demikian. Dalam menulis ada
keterlibatan unsur kognitif dan psikomotor, bahkan afektif. Unsur
kognitif memang menonjol, maka orang yang tidak banyak ilmu tidak akan
dapat menulis. Padahal bangunan ilmu yang tersusun di dalam otak kita
terbentuk dalam waktu yang lama, maka sangat beralasan kalau tidak ada
anak kecil yang pandai menulis. Disamping tingkat keilmuan yang rendah,
masalah skill dalam menulis yang lemah menyebabkan orang-orang pintar
tidak mau menulis.
“Tanpa Membaca, anda akan sulit sekali Menulis”
Faktor berikutnya adalah will, yakni kemauan atau keinginan. Banyak
orang yang kemauannya untuk melakukan sesuatu pekerjaan sangat lemah
atau tidak ada sama sekali, karena tidak mengerti manfaat perkerjaan
itu. Ambil saja contoh sedekah. Banyak orang yang malas bersedekah,
karena nggak faham hakekat sedekah, nggak ngarti manfaat sedekah bagi
dirinya. Kalau dia bisa melihat akherat tentu akan berlomba-lomba
sedekah. Rasulullah saw berwasiat tangan di atas lebh baik dari tangan
di bawah. Begitu pula dengan dakwah, banyak orang yang malas berdakwah
karena tidak faham manfaatnya. Padahal dengan dakwah inilah kita dapat
menyelamatkan ribuan, jutaan, bahkan milyaran jiwa dari siksa api
neraka. Sehingga Allah sendiri menilai dakwah sebagai pekerjaan yang
paling mulia (QS 41: 33).
Begitu juga menulis, banyak orang tidak mau menulis karena tidak faham manfaat menulis. Padahal jelas dalam dunia dakwah, menulis itu bagian dari dakwah
dan membaca itu termasuk kelompok orang yang didakwahi. Nah, baru tahu
kan? Masa mau jadi pelengkap penderita terus, didakwahi terus, disantuni
terus.
Maunya yang enteng-enteng terus, membaca. Nggak mau mengangkat yang agak berat, menulis. Dahwah friend, dakwah. Bukan mendadak bilang wah berat dong. Katakan, it’s an honor to me to get involved in dakwah.
Kalau perang butuh pasukan, dakwah di dunia nyata butuh pasukan, dakwah
di dunia maya (internet misalnya) juga butuh pasukan tentu yang pandai
menulis.
Manfaat menulis yang lain adalah untuk menyampaikan informasi,
berita, peringatan dan sejenisnya. Dalam dunia modern orang pintar lebih
memilih majalah berita, radio berita dan TV berita, karena media inilah
yang membikin mereka tidak ketinggalan jaman. Membikin orang semakin
pintar, Selalu dapat mengikuti perkembangan yang terjadi di sekitar
mereka, di negara mereka bahkan di dunia. Berbeda dengan majalah, radio
dan televisi hiburan yang membius kita dengan kenikmatan sensual.
Menulis juga merupakan satu cara untuk mengajar dan mendidik orang
lain. Dalam hal ini penulis tidak hanya sekedar menyampaikan berita saja
untuk diterima, tetapi juga menyampaikan analisa untuk dicerna orang
lain. Nah, yang begini ini yang lebih sulit dari yang sebelumnya.
Tapi kalau kita sudah melangkah dalam tataran menyampaikan berita,
itu sudah merupakan satu langkah yang indah. Langkah berikutnya akan
lebih mudah. Rasulullah saw mengingatkan bahwa kalau kita mengamalkan
suatu ilmu, maka Allah akan membukakan ilmu-ilmu baru. Nah, kan? Nggak
mau menulis, maka nggak akan dibukakan ilmu-ilmu baru yang terkait
dengan tulis menulis.
Menulis juga merupakan salah sau cara untuk mempengaruhi opini orang
lain. Baik dalam bentuk media cetak (buku, majalah, surat kabar) maupun
elektronik (software, CD, internet dll), menulis sama-sama memiliki
kakuatan yang dahsyat untuk mengubah pola pikir orang yang membacanya.
Maka tidaklah mengherankan bila Rasulullah saw bersabda seperti dalam
hadist yaang dikutip di atas. Penjelasan dalam bentuk tulisan juga dapat
menjadi sihir yang dapat membelokkan pikiran orang lain. Lihatlah
kekuatan sihir Al Qur’an yang telah berhasil membelokkan manusia dari
jalan sesat menuju jalan yang benar.
Demikian dahsyatnya kemampuan tulisan untuk mempengaruhi
orang lain, maka sebaiknya kita suka menulis untuk mempengaruhi banyak
orang agar berakhlak karimah. Untuk para da’i jangan hanya
bicara, tetapi juga menulis-lah. Kata-kata hanya mempengaruhi sebagian
orang yang mendengar, namun tulisan dapat mempengaruhi jutaan orang yang
membacanya dari generasi ke generasi.
Last but not least, bagi penulisnya sendiri, menulis itu merupakan
bagian dari proses belajar mengajar. Orang yang menulis disamping
mengajar orang lain, dalam proses penulisan itu dia juga akan banyak
belajar. Banyak buka buku, Al Qur’an, Al Hadist dll. Maka tidak heran
disamping dia membikin orang lain menjadi pintar dia sendiri akan
semakin bertambah pintar.
Posting Lebih Baru Posting Lama