Menjaga Persatuan Islam
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai. (QS 3: 1)
Hanya Allah yang mampu menyatukan hati orang-orang beriman (QS 8:
63).
Tidak ada kekuatan lain yang mampu menyatukan orang-orang beriman kecuali Allah. Termasuk Rasulullah saw tidak akan mampu meski seandainya beliau memiliki dan memafaatkan harta sepenuh bumi. Umat Islam mestinya sangat bersyukur, bahwa Allah telah menjadikan mereka sebagai umat yang satu (QS 23: 52),
Dengan berusaha menjaga persatuan dan kesatuannya. Namun yang terjadi bahkan sebaliknya, sebagian pengikut agama ini telah menjadikan umat berpecah-belah menjadi beberapa golongan dan masing-masing merasa bangga dengan golongannya (QS 23: 53).
Tidak ada kekuatan lain yang mampu menyatukan orang-orang beriman kecuali Allah. Termasuk Rasulullah saw tidak akan mampu meski seandainya beliau memiliki dan memafaatkan harta sepenuh bumi. Umat Islam mestinya sangat bersyukur, bahwa Allah telah menjadikan mereka sebagai umat yang satu (QS 23: 52),
Dengan berusaha menjaga persatuan dan kesatuannya. Namun yang terjadi bahkan sebaliknya, sebagian pengikut agama ini telah menjadikan umat berpecah-belah menjadi beberapa golongan dan masing-masing merasa bangga dengan golongannya (QS 23: 53).
Saudaraku, Allah memberikan beberapa resep untuk menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam.
1. Kita harus menyamakan visi keimanan kita
masing-masing yakni hanya menghambakan diri kepada Allah dan
meninggalkan thoghut. Manakala setiap orang Islam menyadari
sepenuhnya bahwa dirinya adalah hamba Allah yang mestinya merasa
terhormat bisa melaksanakan apa saja yang menjadi kehendak boss-nya
yakni Allah, maka setiap orang Islam akan berebut untuk beramal shaleh
seperti yang dituntunkan oleh Rasulullah saw. Ketika memahami bahwa
Rasulullah saw mengajarkan bahwa umat Islam itu bagaikan sebuah bangunan
yang satu bagian saling menguatkan bagian yang lain, maka umat Islam
akan selalu berusaha untuk saling membantu, saling menolong, saling
menopang, saling menunjang dan saling mengokohkan.
2. Menghindari perselisihan, menghindari perbedaan pendapat yang mengarah kepada perpecahan. Memang
ada orang yang mengatakan bahwa perbedaan pendapat itu adalah rahmat.
Namun pandangan yang demikian itu tidak benar, karena bertentangan
dengan QS 11: 118-119. Ayat tersebut mengungkap, bahwa manusia itu
senantiasa berselisih pendapat kecuali orang-orang yang diberi rahmat.
Artinya mereka yang selalu bersilisih itu tidak mendapatkan rahmat
Allah. Untuk itu menghindari perselisihan pendapat hendaknya lebih
diutamakan.
Dalam rangka mencegah terjadinya perselisihan pendapat, sekaligus
untuk menjaga persatuan umat islam Rasulullah saw menghasung umatnya
untuk menghindari perdebatan sekalipun berada dalam posisi yang benar.
Allah berjanji untuk membangunkan rumah di sorga bagi orang yang
menghindari perdebatan sekalipun pada posisi yang benar.
3. Bila terjadi perselisihan pendapat di antara
orang-orang beriman, maka Allah menuntun umat Islam untuk
mengembalikannya kepada Allah dan Rasul-Nya dalam arti
mengembalikannya kepada Al Qur’an dan As Sunnah. Rasulullah saw berpesan
bahwa kita tidak akan tersesat selama-lamanya bila kita berpegang teguh
kepada keduanya. Yang menjadi masalah adalah banyak di antara umat ini
yang tidak mengenal Al Qur’an dan As Sunnah. Sekalipun mereka telah
puluhan tahun memeluk agama Islam, namun mereka tidak terbiasa
mempelajari tuntunan Islam. Sehingga yang mereka amalkan dalam kehiduan
sehari-hari jauh dari Al Qur’an dan As Sunnah sebagai sumber ajaran
Islam. Ada yang terlanjur mencintai tradisi, ada yang terlanjur
mencintai madzhabnya, ada yang terlanjur mencintai golongannya, dan ada
yang terlanjur mencintai harta dunia lebih besar dari pada cintanya
kepada Allah. Mengingatkan orang-orang seperti ini berpotensi untuk
mengundang perslisihan. Sehingga jauh hari Allah mengingatkan, kalau
terjadi perselisihan di kalangan umat Islam, maka jalan keluarnya adalah
kedua belah pihak harus kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah.
4. Masing-masing individu muslim hendaknya menyadari bahwa menjaga persatuan dan kesatuan itu hukumnya wajib.
Kesadaran ini akan menjadi kekuatan pengendali dari tiap individu
muslim untuk tidak berbuat sesuatu yang berpotensi menimbulkan konflik
apalagi berpotensi menimbulkan perpecahan. Dia akan merasa bersalah bila
pendapatnya memancing perdebatan yang tidak sehat. Dia akan merasa
berdosa bila amalnya menimbulkan pro dan kontra yang susah dipertemukan.
Dia akan merasa risau kalau-kalau pendapat, ucapan dan amalnya
menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam. Dengan sadar dia akan
meninggalkan amal-amal sunnah yang berpotensi menimbulkan perpecahan
demi menjaga persatuan dan kesatuan umat.
5. Seandainya memang harus berbeda pendapat, maka
hendaknya satu kelompok umat dengan kelompok umat yang lain tetap saling
menghormati. Jangan sampai muncul anggapan bahwa orang-orang
yang berbeda pendapat dengan kita adalah musuh yang harus diwaspadai.
Sikap seperti ini akan memicu terjadinya konflik, karena menunjukkan
bahwa mereka telah kehilangan rasa persaudaraannya. Abu Bakar Ashshidiq
dan Umar bin Khaththab pernah beberapa kali berbeda pendapat. Namun
keimanan mereka yang kuat menyebabkan mereka selalu mengedepankan jiwa
persaudaraan mereka. Tidak pernah terjadi putusnya silaturrahmi di
antara mereka. Bahkan yang muncul adalah semangat berkompetisi untuk
memperbanyak amal shaleh.
Untuk itu umat Islam harus mempelajari Al Qur’an dan As Sunnah,
memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan niat
ikhlas karena Allah semata, kita berharap untuk diberi kemudahan beramal
dengan amalan yang mendatangkan manfaat bagi terjalinnya persatuan dan
kesatuan umat Islam. Amin
Posting Lebih Baru Posting Lama