Selamat Datang di Situs Resmi "Belajar Al Qur'an & As Sunnah"

Nasehat Sebuah Pernikahan

Gunung Merapi dan Merbabu. Dua gunung yang berdampingan itu nampak indah. Bahkan sangat indah dilihat dari kejauhan. Terlebih jika dilihat menjelang senja. Saat siang hendak digulung malam.
Tetapi jika didekati, bakal ditemui keadaan yang 180 derajat berbeda. Sangat kontras. Kontras dengan pandangan jarak jauh. Ternyata dua gunung itu terdiri dari batu-batu dan tanah. Tidak seindah yang dibayangkan. Inilah kira-kira gambaran sebuah pernikahan. Kehidupan baru dalam rumah tangga. Meski demikian, keadaan ini tidak perlu mengendurkan semangat dan keinginan berumah tangga.
Berumah tangga atau melangsungkan pernikahan merupakan keniscayaan. Merupakan sunnah Rasululllah SAW. Nasehat pernikahan berikut, semoga dapat menjadi modal mengarungi behtera kehidupan baru.
Firman Allah Surat Ruum 21.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Wanita itu dinikahi karena empat hal : karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang beragama, (jika tidak) maka celakalah kamu”. [HR. Jamaah kecuali Tirmidzi]
Tujuan pernikahan adalah agar masing-masing cenderung dan merasa tenteram tenang dengan pasangannya. Caranya dengan memberikan kasih sayang dan melaksanakan tanggung jawab. Jangan saling membuat khawatir dan susah. Khawatir dan susah adalah penyakit.
Penyakit jiwa yangmembawa kepada penyakit fisik dan dapat berakhir tragis. Hidup dalam kekhawatiran dan kesusahan berarti penderitaan. Ini merupakan gambaran suasana kehidupan di neraka.
Cinta dan Kasih sayang adalah kunci penyelesaian masalah. Sementara itu kekerasan, marah, mementingkan ego masing-masing tidak menyelesaikan masalah dan bukan solusi. Kekerasan, marah dan mementingkan atau memperturutkan ego adalah bom penghancur. Penghancur rumah tangga.
Inti rumah tangga dan pernikahan adalah kasing sayang, saling pengertian dan saling membantu melengkapi. Bukan saling menuntut, mengharap dan meminta. Ini bukan komunikasi suami istri, tetapi komunikasi majikan dan buruh. Pekerjaan Istri atau wanita lebih banyak dibanding kaum laki-laki atau suami.
Sebut saja misalnya (jika tidak mempunyai pembantu): mencuci pakaian, perabot makan, memasak, membersihkan rumah, seterika. Kalau dia bukan ibu rumah tangga sejati, berarti masih ada tambahan pekerjaan semisal: warung, jahit, pabrik, kantor dll. Sementgara itu pekerjaan-pekerjaan yang disebut pertama itu tidak familiar dengan kaum laki-laki atau suami.
Jelaslah, pekerjaan istri lebih banyak. Sekiranya istri tidak dibantu dan kemudian payah (yang paling ringan) atau jatuh sakit (yang paling berat), suami bakal repot dan susah. Inilah sebabnya mengapa kerja sama, membantu istri menjadi penting demi kebahagiaan bersama. Sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Allah yang telah menciptakan manusia. Tidak ada manusia yang sempurna.
Manusia memiliki kekurangan dan kelemahan. Karena itu hendaklah kalian saling melengkapi dan menggenapi dan menguatkan. Lihatlah, ingat ingat dan perhatikanlah kelebihan dan kebaikan pasangan kalian. Lupakan dan kuburlah dalam dalam kekurangan pasangan kalaian. Semoga kalian bahagia. Manusia adalah makhluk yang memiliki pikiran dan dapat berfikir. Semua manusia menghendaki ketenangan dan kedamaian.
Allah telah memberikan resep untuk mendapatkan ketenangan antara lain melalui pernikahan, bukan perselingkuhan. Ketenangan itu akan diperoleh jika masing-masing pasangan sanggup memberikan kasih dan sayang. Yang demikian itu hanya dapat diterima dan dilaksanakan oleh manusia yang berfikir.
Tepati, tempati dan laksanakan tugas kalian masing-masing dengan baik, penuh tanggungjawab. Laki-laki diciptakan Allah sebagai pemimpin. Di antara tanggungjawab pemimpin adalah memberi SPP: yaitu sandang, papan dan pangan , bukan meminta SPP.
Jadilah pribadi yang mandiri yaitu pribadi yang mampu mengatasi masalahnya sendiri. Jangan menjadi pribadi yang cengeng, suka mengeluh, laporan dan wadul. Apalagi lapor kepada orang tua atau saudara. Bisa jadi orang tua akan membela dan membenarkan laporan anaknya dan menyalahkan menantunya. Padahal belum melakukan tabayun terhadap kebenaran laporan yang dibawa anaknya. Jika ini yang terjadi maka akan lahir keputusan dzalim dan keputusan tidak adil.
Keputusan tidak adil karena didasarkan pada informasi yang tidak benar. Informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Menceritakan masalah keluarga kepada orang lain yang tidak bertanggungjawab, sama artinya dengan membuka aib pasangan sendiri. Sekaligus menanamkan rasa tidak suka pada diri orang yang dicurhati. Ini tentu bukan solusi, bukan penyelesaian masalah. Tetapi malah mengacaukan dan memperkeruh suasana. Selanjutnya jadilah kalian pasangan yang cerdas. Cerdas adalah mampu mengatasi masalah dengan cepat dan tepat.
Terkait dengan ini harapan orang tua adalah kalian menjadi pasangan dan pribadi yang mampu membaca situasi dan kondisi. Mampu menyesuaikan diri. Mampu menerjemahkan keadaan, baik yang tersirat maupun tersurat. Mampu membaca tanda tanda jaman, keinginan dan hati nurani orang lain. Mampu menerjemahkan keinginan dan kehendak pasangan. Namun, semuanya harus dilakukan dalam rambu-rambu syariat agama. Dalam koridor Qur’an dan Sunnah. Semoga kalian sukses dunia akherat. Tidak ada orang tua yang menghendaki anaknya sengsara. Orang tua pastilah menghendaki yang terbaik untuk anaknya. Orang tua ingin menyaksikan dan melihat anaknya hidup tenang, tenteram dan bahagia. Kalian telah membuat keputusan penting dalam hidup.
Telah memilih pasangan hidup, menjatuhkan pilihan dengan mantab untuk mengikuti sunnah Rasulullah dan beribadah kepada Allah. Tekad kalian tidak tergoyahkan walau langit akan runtuh dan bumi bergoyang. Maka terimalah pasangan kalian apa adanya. Kalian adalah hasil kerja keras didikan orang sesuai kemampuannya. Sekarang telah memilih pasangan hidup dan akan menjadi pasangan hidup.
Jangan menyesal. Jangan kecewa dengan apa yang ada dan apa yang terjadi. Jangan menyalahkan siapa-siapa. Jangan lari dari kenyataan. Hadapi kenyataan dan persoalan bersamasama. Hendaklah kalian menjadi pasangan yang setia dalam segala situasi dan kondisi. Setia dalam suka dan duka. Setia dalam bahagia dan derita. Inilah yang luar biasa dan hebat. Jadilah pribadi yang luar biasa dan hebat. Setia dalam bahagia adalah biasa.
Dengan memohon pertolongan kepada Allah, bertawakkal-lah kepada Allah untuk memulai dan menjalani hidup baru.Niatkanlah membangun rumah tangga atas dasar agama, atas dasar dorongan iman, atas dasar untuk taat kepada Allah dan Rasul. Bukan karena nafsu, bukan karena harta, bukan karena kecantikan/ kebagusan dan keturunan. Juga bukan untuk durhaka dan menentang.
Kalau dasarnya selain agama, kalian akan rusak. Kami berharap kelak kalian dapat mendidik anak-anak lebih baik dari apa yang telah dilakukan orang tua terhadap kalian. Kalian tentu sudah menyaksikan bagaimana beratnya perjuangan dan jerih payah orang tua mendidik anak-anaknya. Orang tua telah bekerja dan merawat tanpa kenal lelah. Tanpa mengharap imbalan apapun.
Selanjutnya kalian sebagai pasangan suami istri muslim hendaklah dapat menjaga etika, sopan santun dan tata krama. Hendaklah menjadi pribadi yang santun, tawadhuk dan dapat menjaga diri. Janganlah pamer kemesraan dan keakraban di depan publik. Yang demikian itu hendaklah dilakukan di tempat dan waktu yang tepat. Kita adalah makhluk yang beradab, berbudaya dan beretika. Semoga nasehat ini bermanfaat.
Oleh :
Drs. Sugiman (Guru SMA MTA Surakarta)

Posting Lebih Baru Posting Lama

Leave a Reply

Den Ryono. Diberdayakan oleh Blogger.

Dan Janganlah Kamu Mengikuti Apa yang Kamu Tidak Mempunyai Pengetahuan Tentangnya (Ilmunya). Sesungguhnya Pendengaran, Penglihatan dan Hati, Semuanya itu akan diminta Pertanggungan Jawabnya. (QS. Al-Isra : 36)

Kutinggalkan Pada Kamu Sekalian 2 Perkara Yang Kamu Tidak Akan Sesat Apabila Kamu Berpegang Teguh Pada Keduanya, Yaitu : Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya [[HR. Malik Dalam Al-Muwaththa' Juz 2 Hal 899]]