Manajemen Stamina Iman
Rasulullah bersabda “Al imanu yazid wa yankus”. Iman itu naik dan turun. Layaknya keimanan manusia yang naik dan turun, pada semangat pun dapat terjadi hal tersebut.
Memang, semangat dan keimanan memiliki suatu hubungan yang dekat.
Seseorang yang sedang turun keimanannya pasti akan turun pula
semangatnya untuk beribadah, belajar, ataupun segala macam perbuatan
yang baik dan bermanfaat. Begitu pula sebaliknya.
Merupakan hal yang sangat maklum ketika kita duduk di suatu majelis ilmu mendengarkan ceramah atau kajian dari sang ustadz kemudian hati kita menjadi “sangat” bersemangat. Setelah bangkit dari majelis kita akan ‘berencana’
menjalankan kebaikan disetiap detik kehidupan dan menjauhi atau
menghancurkan segala bentuk kemaksiatan dan keburukan sebelum ajal
menghadang. Tapi setelah beberapa menit setelah bangkit
…(Selanjutnya terserah anda) yang pasti, hampir semua dari kita sering
mendapati penurunan motivasi bahkan amal (ilmu yes, amal not yet)
Tapi jangan salah lho walaupun baru rencana, itu merupakan indikasi bahwa hati kita masih dalam kondisi ‘iman’, sebab salah satu ciri manusia beriman adalah jika disiram ilmu maka akan bertambah faham dan semakin yakin.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang
apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan
kepada Tuhan-lah mereka bertawakal, (QS.08 : 2)
Seorang pelari marathon mempunyai satu tujuan. Sampai di pita finish dan memenangi pertandingan. Pelari yang professional mempunyai
teori dalam memanage staminanya, sangat mungkin pada kilometer pertama
bukanlah yang terdepan tetapi menginjak step-step terakhir akan
mengeluarkan semua kemampuan untuk berlari menjadi nomor satu dan
mempertahankannya dari peserta lain.
Begitu juga bagi seorang mahasiswa. Dia sangat yakin bahwa belajar dengan SKS (Sistem Kebut Semalam) adalah sia-sia.
Belajar dengan rutin, mendengarkan kuliah dengan serius dan berani
bertanya sampai benar-benar faham merupakan modal yang sudah cukup dalam
menghadapi soal-soal ujian (kecuali jika pengin lebih).
Trus apakah ilustrasi tersebut sama dengan pemeliharaan ‘Iman’ yang
ada dalam diri kita? Yup! Betul hampir sama. Satu hal yang membedakan
adalah adanya misteri datangnya kematian. Berbeda dengan pelari dan
mahasiswa tadi, karena garis finish dan ujian merupakan hal yang pasti
dan terukur.
Untuk memelihara atau menjaga stamina iman menuju kehidupan sesudah mati (syurga) kayaknya perlu bantuan sebuah rumus fisika.
Dimana :
W = adalah beban hidup
P = daya dorong
Fs = gaya gesek
W = adalah beban hidup
P = daya dorong
Fs = gaya gesek
Bola merupakan lambang kehidupan yang berjalan terus/menggelinding
tapa henti sampai titik kematian (misteri) . Tidak dapat mundur tapi
sangat mungkin untuk berbelok menjauhi jalan yang lurus.
Dalam menjaga stamina iman, ada beberapa kaidah yang harus difahami :
1. Semua manusia mempunyai potensi untuk “salah”.
Maka Allah memberi penghargaan kepadanya dengan aturan “sebaik-baik
orang yang berlaku salah adalah bertobat dan memperbaiki diri”. Dan
sejelek-jelek manusia yang bersalah adalah … (tahu sendiri khan!).
Silahkan baca QS. 25:70.
2. Semua manusia berpotensi untuk bosan dan jenuh (futur). Maka kenali ciri-ciri kondisi futur, macam penyebabnya dan cara-cara untuk memperbaikinya.
3. Hati manusia berkarakter ‘berubah-ubah’. So,
bagaimana kita bisa mengkondisikan agar selalu lebih banyak berpihak
dalam kebaikan. Salah satunya hadir di taman-taman ilmu dan memilih
lingkungan yang sholeh. Jangan lupa! Selalu berdoa diberi ketetapan hati
(minimal sesudah dzikir shalat)
Yup, sekarang mari kita bahas rumus diatas
Dari gambar terlihat jelas bahwa ’bola’ kehidupan kita akan didorong
oleh Daya dorong (P). Logikanya semakin kuat daya dorong maka akan
semakin kuat dalam keimanan (tidak berbelok ke arah yang salah) dalam
mengarungi hidup sampai mati.
Kekuatan daya dorong keimanan yang ada dalam diri kita sangat
tergantung dari ilmu dan amalan ibadah yang dimiliki dan yang sudah
diamalkan. Perbanyaklah ilmu dan perbanyaklah ibadah (tidak hanya yang
wajib saja) maka kekuatan dalam menjalani hidup sesuai perintah Allah
& Rosul-Nya semakin kuat. Bukankah Iman akan naik dengan perbuatan
’baik’ dan turun karena berbuat ’maksiyat’?
W adalah Beban Hidup. Sering kali terjadi, seseorang yang terkenal
alim (baca:sholeh) tapi dalam suatu waktu terbukti melakukan korupsi
atau kecurangan. Hmm, mungkin inilah salah satu contoh bagaimana beban
hidup (tuntutan kebutuhan duniawi) membuat laju keimanan menjadi
berbelok.
Semua manusia mempunyai beban hidup dan tingkatnyapun berbeda-beda.
Hanya Allah SWT yang tahu beban yang akan diberikan makhluk ciptaan-Nya,
kita hanya bisa mengira-ngira dengan berpikir positif. Bukankah Allah
SWT tidak akan memberikan ujian sesuai kemampuan hamba-Nya?
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya … (QS.02:286)
Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah : kadang-kadang kita
menjadi terbebani suatu hal karena keinginan kita yang tidak terukur.
Tahun ini harus punya mobil? Harus punya rumah? Harus punya begini atau
seperti harus begono..padahal kita tidak cukup mampu dan belum merupakan
hal primer atau bukan pendukung ibadah. So ketika ada tawaran untuk
bermaksiyat atau tidak jujur, kita menjadi tergoda (terperosok) karena
tidak sabar alias pengin jalan pintas saja.
Singkatnya, beban hidup akan selalu ada. Kita harus yakin bisa mengatasinya, agar jalan hidup kebaikan tetap lurus.
Fs adalah gaya gesek. Gesekan akan selalu terjadi dalam hidup baik
dari internal (hawa nafsu keburukan) atau eksternal (lingkungan).
Pertentangan antara mengamalkan kebaikan dan menuruti keinginan nafsu
pribadi atau pengaruh lingkungan akan selalu ada. Kondisi yang
mengkhawatirkan adalah ketika kondisi internal (hawa nafsu kejelekan)
cocok dengan eksternal (lingkungan yang jahat).
Tips yang utama adalah giat melakukan ibadah, menjaga diri dari
pandangan/kegiatan maksiyat, tetap mencari ilmu, mengkondisikan
lingkungan/ keluarga untuk mendukung ibadah kita semua dan tetap berdoa
kepada Allah SWT. Bagi yang tidak beruntung karena berada di lingkungan
yang tidak jujur atau penuh maksiyat silahkan bersiap diri untuk berani
peduli menegur, jangan asal ’pokoknyasaya tidak’. Bersiaplah berhijrah
jika memang diperlukan sebelum Allah memberikan azab yang menimpa kepada
semua.
Semoga kita bisa ikhlas dalam mencapai khusnul khatimah Amin.
Posting Lebih Baru Posting Lama