Indahnya Hidup Sesuai Aturan Allah
Imam Thabrani dalam kitab Jami`ul Awshat, Abu Nu`aim di dalam kitab
Al-Hilyah dan juga Al-Hakim di dalam Kitab Mustadroknya meriwayatkan,
Dari Ali RA, ia berkata : telah bersabda Rosululloh SAW : “Jibril
mendatangiku dan berkata : Ya Muhammad hiduplah sesukamu karena engkau
akan mati,cintailah siapa yang kamu mau karena engkau akan
meninggalkannya, beramallah sesukamu karena engkau akan dibalas dan
ketahuilah bahwa kemulyaan seorang mu`min pada qiyamul-lail dan Izzahnya
pada kemandiriannya “
Atas nama kebebasan pula, banyak orang terjerumus dalam kehidupan hedonis. “Hidup semau saya, yang penting seneng, jangan ikut campur urusan orang!”. Ada pula slogan anak muda sekarang, “kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk sorga”..Ueeenak to?
Atas nama HAM, dan menganggap Al-Qur’an tidak komplit dan tidak
sesuai jaman. Padahal ngerti kitab itupun tidak. Hanya ikut dan lebih
percaya pemikiran barat yang menyimpang. Menganggap semua yang dari sama
lebih joss, lebih modern, lebih maju, lebih ilmiah dan sebagainya.
Begitulah jiwa yang kerdil.
Islam Menghargai Kebebasan
Islam juga menghargai kebebasan, dalam arti yang sebenar-benarnya.
Kebebasan berpendapat, kebebasan berekspresi, kebebasan dalam mengelola
harta kekayaan, kebebasan menjalankan kehidupan dan lain sebagainya.
Namun kebebasan yang dimaksud dalam Islam tentu saja kebebasan dalam
standar aturan yang BENAR. Dan dipastikan bukan karena kesepakatan
kebanyakan orang.
Sebagaimana kebebasan dalam hukum positif manusia, bukan kebebasan
tidak tak terbatas, namun kebebasan yang tidak boleh melanggar kebebasan
dan hak orang lain. Jadi kebebasan itu ada batas bukanlah tanpa batas.
Hadis diatas, sungguh sangat dalam maknanya dalam frame kebebasan manusia dalam Islam.
Hiduplah sesukamu, namun ingat suatu saat kita akan mati.
Hiduplah sesukamu, namun ingat suatu saat kita akan mati.
Ada empat ayat yang senada yang mengingatkan kebodohan orang-orang yang tenggelam di dunia, lupa akan dunia berikutnya.
Sebagaimana Firman Allah Sbb:
Sebagaimana Firman Allah Sbb:
dan Tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda
gurau belaka[468]. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi
orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (QS.6:32)
[468] Maksudnya: kesenangan-kesenangan duniawi itu hanya sebentar dan
tidak kekal. janganlah orang terperdaya dengan kesenangan-kesenangan
dunia, serta lalai dari memperhatikan urusan akhirat.
Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau.
dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala
keppadamu dan Dia tidak akan memint harta-hartamu. (QS.47:36)
dan Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan
main-main. dan Sesungguhnya akhirat Itulah yang sebenarnya kehidupan,
kalau mereka mengetahui. (QS.29 :64)
Hidup Di Dunia adalah Sementara
Manusia diberikan kebebasan untuk menempuh kehidupannya. Manusia
dipersilahkan hidup didunia dengan caranya masing-masing. Namun ada
prinsip yang harus dibangun dan disadari, bahwa “kehidupan didunia
bukanlah kehidupan abadi”. Banyak orang lupa, banyak orang terlena
banyak orang tertipu dengan kehidupan dunia karena sering
melupakankematian.
Sebagaimana Firman Allah Sbb:
Sebagaimana Firman Allah Sbb:
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji
kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.
(QS.21:35)
Sebagai ummat Islam, kita selalu diingatkan tentang kematian. Dunia
ini adalah sementara, dunia ini seperti tempat persinggahan seorang
musafir yang sedang menempuh perjalanan, kehidupan dunia ini sangat amat
sebentar, sering-seringlah berziarah kubur sehingga kita ingat mati,
begitu inti beberapa hadist nabi tentang dunia.
Kembali pada hadist diatas tadi, ketika kita ingat akan mati yang
dapat datang kapanpun Allah berkehendak, maka , apakah kita masih ingin
hidup sesuka hati kita, sebebas-bebasnya tanpa menghiraukan
aturan-aturan dari Allah SWT.?
Bukankah semua aturan telah jelas tertulis dalam Al Qur’an kitab kita dan Al Hadist Rosululloh SAW?
Masihkan kita begitu sombong untuk hidup seenaknya, atas nama
kebebasan, padahal mungkin besok, satu jam lagi, satu menit lagi, bahkan
satu detik lagi kita mungkin akan mati?
Islam sebagai agama yang fitrahpun menghargai kebebasan untuk
mencintai sesuatu yang ingin kita cintai. Cinta adalah karunia dari
Allah kepada manusia. Ia merupakan fitrah manusia yang indah. Manusia
boleh mencintai anak, istri, harta, suka dengan kendaraan yang mewah,
rumah yang bagus, dan lain sebagainya.
Sebagaimana Firman Allah Sbb:
Sebagaimana Firman Allah Sbb:
dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga). (QS.3:14)
Makna Cinta Sebenarnya
Namun sekali lagi semua ada batasnya. Cinta dapat mendorong orang
melakukan hal-hal yang kadang irasional, bahkan diluar kemampuannya.
Oleh karena itulah , cinta dalam islam diberikan batas aturan.
Hadist tadi begitu indah menberikan batasan. Anda boleh cinta dengan
harta anda yang begitu berlimpah, namun setinggi-tingginya cinta anda,
harta itupun akan berpisah dengan anda. Hanya selembar kain yang akan
menemani anda sampai kedalam kubur. Anda boleh cinta kepada anak Istri
anda, namu mmereka akan meninggalkan anda, atau anda yang akan
meninggalkan mereka. Anak, Istri, rumah, harta, jabatan, semua akan
meninggalkan anda atau akan anda tinggalkan.
Sebagaimana Firman Allah Sbb:
Sebagaimana Firman Allah Sbb:
Katakanlah: “Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu
sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari
berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan NYA”. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
fasik. (QS.9:24)
Cinta pada Allah, adalah cinta yang sebenarnya tanpa batas. Seorang
yang dicintai dan mencintai Allah, tidak akan merasa meninggalkan atau
ditinggalkan. Namun cinta kepada Allah menuntut konsekuensi untuk selalu
meletakkan kepentingan dari Allah diatas segalanya. Mengalahkan
kepentingan dunia, mengalahkan harta, mengalahkan anak dan istri, bahkan
mengalahkan diri kita sendiri. Ketika Allah SWT menuntut kita atau
ketika sesuatu yang kita cintai bertentangan dengan syariat dari Allah,
maka orang beriman akan mendahulukan kepentingan dari Allah, karena
cintanya kepada ALLah.
Manusia juga diberikan kebebasan untuk melakukan apapun yang dia
kehendaki. Namun, tentu kebebasan untuk melakukan suatu perbuatan itupun
mempunyai aturan yang jelas.
Semua Hal akan Tercatat dan dibalas
Hidup ini sungguh sangat bernilai bagi kita. Semua yang kita
kerjakan, sedikit apapun, seremeh apapun, sekecil apapun, semua ada
balasannya.
Sebagaimana Firman Allah Sbb:
Sebagaimana Firman Allah Sbb:
Kamu tidak berada dalam suatu Keadaan dan tidak membaca suatu
ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan
Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. tidak luput dari
pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di
langit. tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar
dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh). (QS.10:61)
Bagi kita, bahkan senyum menjadi satu amal baik sebagaimana
menyingkirkan aral dijalanpun bernilai pahala. Begitupun perbuatan
buruk. Seorang muslim yang bersih hatinya, akan melihat satu perbuatan
buruk sekecil apapun bagaikan melihat gunung yang akan menimpanya.
Kebebasan dalam berbuat, bukanlah kebebasan berbuat seenaknya.
Kebebasan berbuat disertai tanggungjawab dan beban moral bahwa
sesungguhnya perbuatan kita pastilah ada balasannya.
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya
Dia akan melihat (balasan)nya.dan Barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya
pula. (QS.99:7-8)
Jika semua perbuatan kita, sekecil apapun, kelihatan atau tidak
kelihatan, baik atau buruk, selalu dibalas oleh Allah SWT , apakah kita
masih ingin berbuat semaunya, tanpa menghiraukan mudharat dan akibatnya?
Akhirnya, ada yang perlu kita renungkan dari hal-hal diatas. Semua
kita pasti akan mati, sehingga mengapa kita ingin hidup semau kita,
seakan-akan dunia adalah tujuan akhir kita. Semua yang kita cintai dan
mencintai kitapun akan kita tinggalkan dan meninggalkan kita, sehingga
mengapa tidak kita memberi cinta tertinggi kita kepada Allah SWT. Semua
amal perbuatan kita selalu akan ada balasannya, sehingga mengapa tidak
kita berbuat sebaik-baiknya agar kehidupan kita lebih bermakna, dan
timbangan amal baik kita selalu bertambah.
Masihkan anda ingin hidup seenaknya ?
Pura-pura merasa tidak akan mati karena berumur panjang?
Sengaja tidak mau mengetahui aturan hidup yang sudah jelas?
Dan pura-pura tidak ada Allah dan tidak ada kehidupan setelah mati?
Naudzubillah deh..
Posting Lebih Baru Posting Lama