Sekolah Jujur 30 Hari
Melaksanakan ibadah puasa Ramadhan termasuk rukun Islam yang ketiga.
Setelah mengakui keesaan Allah SWT dan segala esensi yang melekat pada
diriNya, lalu melaksanakan shalat. Setelah berpuasa ada kewajiban
membersihkan harta dengan berzakat, dan melaksanakan ibadah haji. Dengan
lima pondasi ini bangunan keislama akan kokoh. Karena dari kelima pokok
tersebut menggambarkan bagaimana kuatnya hubungan manusia dengan Allah
sang pencipta dan bagaimana kuatnya persaudaraan dalam Islam.
Ramadhan ibarat sekolah yang dilakukan berulang-ulang sebelum habisnya
umur datang. Maka pergunakankah dengan maksimal dan sebaik-baiknya.
Boleh jadi ini Ramadhan terakhir, atau bahkan sekarangpun kita lalui
tidak sampai akhir. Wallahu a’lam.
Sobat, di era globalisasi dewasa ini kejujuran telah banyak dicampakkan
dari tata pergaulan kehidupan manusia. Fenomena ketidak jujuran
benar-benar telah menjadi realitas sosial yang menggelisahkan. Drama
ketidakjujuran saat ini telah berlangsung sedemikian transparan dan
telah menjadi semacam rahasia umum yang merasuk ke berbagai wilayah
kehidupan manusia. Sosok manusia jujur telah menjadi makhluk langka di
bumi ini. Kita lebih mudah mencari orang-orang pintar daripada
orang-orang jujur. Keserakahan dan ketamakan kepada materi kebendaan,
mengakibatkan manusia semakin jauh dari nilai-nilai kejujuran dan
terhempas dalam kubangan materialisme dan hedonisme yang cenderung
menghalalkan segala cara.
Pada masa sekarang, banyak manusia tidak memperdulikan jalan-jalan
yang halal dan haram dalam mencari uang dan jabatan . Sehingga kita
sering mendengar ungkapan-ungkapan kaum materialis, “Mencari yang haram
saja sulit, apalagi yang halal”. Bahkan selalu diucapkan orang,”kalau
jujur akan terbujur”,”kalau lurus akan kurus”,kalau ikhlas akan
tergilas”.
Ungkapan-ungkapan itu menunjukkan bahwa manusia zaman kini telah
dilanda penyakit mental yang luar biasa, yaitu penyakit korup dan
ketidak jujuran.
Nabi muhammad Saw pernah memprediksi, bahwa suatu saat nanti, diakhir
zaman,manusia dalam mencari harta,tidak mempedulikan lagi mana yang
halal dan mana yang haram.
Ramalan Nabi pada masa kini telah menjadi realitas sosial yang mengerikan, bahkan implikasinya telah menjadi patologi sosial yang parah, seperti menjamurnya korupsi, pungli, suap, sogok,uang pelicin dsb. Banyak kita temukan pencuri-pencuri berdasi melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam mengelola proyek. Manusia berlomba-lomba mengejar kekayaan dan kemewahan dunia secara massif, tanpa mempedulikan garisan-garisan syariah dan moralitas.
Ramalan Nabi pada masa kini telah menjadi realitas sosial yang mengerikan, bahkan implikasinya telah menjadi patologi sosial yang parah, seperti menjamurnya korupsi, pungli, suap, sogok,uang pelicin dsb. Banyak kita temukan pencuri-pencuri berdasi melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam mengelola proyek. Manusia berlomba-lomba mengejar kekayaan dan kemewahan dunia secara massif, tanpa mempedulikan garisan-garisan syariah dan moralitas.
Bahkan ada maqolah begini,
سَيَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ هِمَّتُهُمْ بُطُوْنُهُمْ وَ شَرَفُهُمْ مَتَاعُهُمْ وَ قِبْلَتُهُمْ نِسَائُهُمْ وَ دِيْنُهُمْ دَرَاهِمُهُمْ وَ دَنَانِيْرُهُمْ اُولئِكَ شَرُّ اْلخَلْقِ لاَ خَلاَقَ لَهُمْ عِنْدَ اللهِ
Akan datang suatu masa pada manusia, bahwa cita-cita mereka untuk
perut mereka, kemuliaan mereka adalah kekayaan mereka, kiblat mereka
adalah wanita, agama mereka dalah dirham dan dinar (uang) mereka. Mereka
itulah seburuk-buruk makhluq, mereka tidak mendapat (kebaikan) apapun
di sisi Allah.
Era reformasi yang telah berlangsung lebih lebih sepuluh tahun,
praktek kolusi,korupsi dan suap menyuap masih saja menjadi kebiasaan
masyarakat kita . Untuk mengatasi dan mengurangi segala destruktip
tersebut, puasa merupakan ibadah yang paling ampuh dan efektif, asalkan
pelaksanaan puasa tersebut dilakukan dengan dasar iman yang mantap
kepada Allah, dan ihtisab (mawas diri), serta penghayatan yang mendalam
tentang hikmat yang terkandung di dalam puasa Ramadhan.
Puasa melatih Kejujuran
Berbeda dengan sifat ibadah yang ada, puasa adalah ibadah sirriyah
(rahasia). Dikatakan sirriyah, karena yang mengetahui seseorang itu
berpuasa atau tidak, hanyalah orang yang berpuasa itu sendiri dan Allah
SWT.
Dalam ibadah puasa, kita dilatih dan dituntut untuk berlaku jujur.
Kita dapat saja makan dan minum seenaknya di tempat sunyi yang tidak
terlihat seorangpun. Namun kita tidak akan mau makan atau minum, karena
kita sedang berpuasa. Padahal, tidak ada orang lain yang tahu apakah
kita puasa atau tidak. Namun kita yakin, perbuatan kita itu dilihat
Allah swt.
Orang yang sedang berpuasa juga dapat dengan leluasa berkumur sambil
menahan setetes air segar ke dalam kerongkongan, tanpa sedikitpun
diketahui orang lain. Perbuatan orang itu hanya diketahui oleh orang
yang bersangkutan. Hanya Allah dan diri si shaum itu saja yang
benar-benar mengetahui kejujuran atau kecurangan dalam menjalankan
ibadah puasa. Tetapi dengan ibadah puasa, kita tidak berani berbuat
seperti itu, takut puasa batal.
Orang yang berpuasa dilatih untuk menyadari kehadiran Tuhan. Ia
dilatih untuk menyadari bahwa segala aktifitasnya pasti diketahui dan
diawasi oleh Allah SWT.Apabila kesadaran ketuhanan ini telah menjelma
dalam diri seseorang melalui training dan didikan puasa, maka Insya
Allah akan terbangun sifat kejujuran.Jika manusia jujur telah lahir, dan
menempati setiap sektor dan instansi, lembaga bisnis atau lembaga apa
saja, maka tidak adalagi korupsi, pungli, suap-menyuap dan
penyimpangan-penyimpangan moral lainnya.
Kejujuran merupakan mozaik yang sangat mahal harganya. Bila pada diri
seorang manusia telah melekat sifat kejujuran, maka semua pekerjaan dan
kepercayaan yang diamanahkan kepadanya dapat di selesaikan dengan baik
dan terhindar dari penyelewengan-penyelewengan. Kejujuran juga menjamin
tegaknya keadilan dan kebenaran.
Secara psikologis, kejujuran mendatangkan ketentraman jiwa.
Sebaliknya, seorang yang tidak jujur akan tega menutup-nutupi kebenaran
dan tega melakukan kezaliman terhadap hak orang lain.Ketidakjujuran
selalu meresahkan masyarakat, yang pada gilirannnya mengancam stabilitas
sosial. Ketidak jujuran selalu berimplikasi kepada ketidakadilan. Sebab
orang yang tidak jujur akan tega menginjak-injak keadilan demi
keuntungan material pribadi atau golongannya.
Berlaku jujur, sungguh menjadi bermakna pada masa sekarang,, masa
yang penuh dengan kebohongan dan kepalsuan. Pentingnya kejujuran telah
banyak disapaikan Rasulullah SAW. Diriwayatkat bahwa, Rasulullah pernah
didatangi oleh seorang pezina yang ingin taubat dengan sebenarnya.
Rasulullah menerimanya dengan satu syarat, yaitu,agar orang tersebut
berlaku jujur dan tidak bohong
Syarat yang kelihatan sangat ringan untuk sebuah pertaubatan besar,
tetapi penerapannya dalam segala aspek kehidupan sangat berat.Dan
ternyata syarat jujur tersebut sangat ampuh untuk menghentikan perbuatan
zina. Jika ia tetap berzina secara sembunyi-sembunyi, lalu bagaimana ia
harus menjawab jika Rasulullah menanyainya tentang apakah ia masih
berzina atau tidak.Untuk menghindari berbohong kepada Nabi, maka si
pezina mengakhiri prilakunya yang dusta itu dan kemudian benar-benar
bertaubat dengan penuh penghayatan.
Dari riwayat itu dapat ditarik kesimpulan, bahwa kejujuran sangat
signifikan dalam membersihkan prilaku menyimpang, seperti korupsi,
kolusi, penipuan, manipulasi, suap-menyuap dan sebagainya.
Dewasa ini kesadaran untuk menumbuhkan sifat kejujuran sebagai buah dari
ibadah puasa, kiranya perlu mendapat perhatian serius. Pendidikan
kejujuran yang melekat pada ibadah puasa, perlu dikembangkan sebagai
bagian dari kehidupan riel dalam masyarakat. Sebab apabila kejujuran
telah disingkirkan, maka kondisi masyarakat akan runyam. Korupsi dan
kolusi terjadi di mana-mana, pungli merajalela, kemungkaran sengaja
dibeking oleh oknum-oknum tertentu demi mendapatkan setoran uang.
Fenomena kebohongan dan tersingkirnya sifat kejujuran, mengantarkan
masyarakat dan bangsa kita pada beberapa musibah nasional yang
berlangsung secara beruntun dan silih berganti tiada henti. Terjadinya
malapetaka berupa krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia adalah
cermin paling jelas dari makin hilangnya sukma. kejujuran dan semakin
mekarnya kepalsuan dalam kehidupan bangsa kita.
Dalam menghadapi kasus-kasus yang gawat seperti itu, pesan-pesan
profetik keagamaan seperti pesan luhur ibadah puasa dapat
ditransformasikan untuk membongkar sangkar kepalsuan dan mem bangun
kejujuran.
Ada yang secara pesimis berpendapat, bahwa membangun kejujuran pada
era materialisme adalah suatu utopia (angan-angan) mengingat mengakarnya
sifat ketidak jujuran dalam masyarakat dan bangsa kita. Sebagai orang
beriman yang menyandang peringkat khairah ummah, sikap pesimis di atas
harus dibuang jauh-jauh.Sebab gerakan amar ma’ruf nahi mungkar yang
dilandasi iman, harus tetap dilancarkan, agar konstelasi dunia ini tidak
semakin parah.
Realitas menunjukkan, bahwa kesemarakan ramadhan dari tahun ke tahun
semakin meningkat, namun ironisnya, bersamaan dengan itu penyimpangan
dan ketidakjujuran masih berjalan terus. Padahal, suatu bulan kita
dilatih dan didik untuk berlaku jujur, menjadi orang yang dapat
dipercaya. Bila selama satu bulan itu, orang-orang yang berpuasa
benar-benar berlatih secara serius dengan penuh penghayatan terhadap
hikmah puasa, maka pancaran kejujuran akan terpantul dari dalam jiwa
mereka. Kalau puasa Ramadhan yang dilakukan tidak melahirkan
manusia-manusia jujur, berarti kualitas puasa orang tersebut masih
sebatas lapar dan dahaga. Karena puasa yang dilakukan tidak memantulkan
refleksi kejujuran. Kalau orang yang berpuasa, masih mau menerima suap
dari orang-orang yang mencari pekerjaan, berarti kualitas ibadah orang
tersebut masih sangat rendah. Kalau orang yang berpuasa, masih mau
melakukan mark up dalam proyek, korupsi dan kolusi, berarti puasa yang
dilakukan masih jauh dari tujuan puasa.
Kalau pasca puasa Ramadhan, kejujuran semakin tipis atau sirna
pungli,korupsi dan kolusi tetap menjadi kebiasaan, barang kali puasa
yang dilakukan tidak didasari iman, tetapi mungkin ia melakukan puasa
hanya karena mengikuti tradisi. Untuk mewujudkan manusia jujur, perlu
peningkatan iman dan penghayatan kesadaran kehadiran Tuhan. Tanpa upaya
ini, kejujuran tak kan lahir dari orang yang berpuasa.
Sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan telah tiba,
mari kita kencangkan ikat pinggang. Bersungguh-sungguh dalam beribadah,
meningkatkan kuantitas dan kualitas ilmu dan amal. Dan bertekad bulat,
setelah Ramadhan berlalu maka berlalu jualah sifat-sifat kejelekan dan
keburukan. Sebaliknya iman dalam bentuk amalan berilmu makin meningkat,
kualitas ukhuwwah juga makin kuat. Amiin
Posting Lebih Baru Posting Lama