Selamat Datang di Situs Resmi "Belajar Al Qur'an & As Sunnah"

Muslim Yang Kuat

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah salallahualaihiwassalam bersabda : 

“Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah, dan pada keduanya ada kebaikan. Bersemangatlah dengan apa yang bermanfaat bagimu, minta tolonglah kepada Allah dan janganlah lemah. Dan jika engkau ditimpa sesuatu maka janganlah berkata ‘Andai aku melakukan ini, niscaya akan terjadi begini’.

Namun katakanlah ‘Allah yang mentakdirkan, dan apa saja yang Allah kehendaki pasti Dia kerjakan’.
Karena sesungguhnya perkataan berandai-andai itu membuka amalan syetan.

Yang dimaksud kuat disini adalah kuatnya tekad (‘aziimah) didalam mengerjakan amalan. Dengan tekad itu seseorang akan termotivasi untuk lebih giat beramal dan beribadah. Kuat dalam beramal terlihat dari sikap sabar dan istiqomah dalam ketaatan, berdakwah, beramar ma’ruf nahi munkar, kuat mengemban derita karena jihad di jalan Allah.

Betapa banyak orang yang kuat tubuhnya namun lemah beribadah, kuat makan tapi malas baca Al-Qur’an, kuat nonton tapi malas belajar, kerja mati-matian namun lemah berdo’a.

Sementara contoh yang dimaksud lemah, yaitu seperti lemah motivasi, lemah inisiatif, lemah ekonomi, lemah fisik, kurang ilmu, lemah cita-cita, lemah berfikir, lemah daya kreatifitas, lemah kemampuan, dan yang fatal adalah lemahnya Iman.

Kata kuat berarti juga bersungguh-sungguh, sebab orang lemah biasanya tidak bersungguh-sungguh, asal-asalan, bermalas-malasan dalam menegakkan kebenaran dari apa yang sudah diketahui. Seseorang dikatakan kuat juga harus terpercaya, amanah, jujur.

Karena itu, suatu negara, serta lembaga apapun, atau skala kecilnya kelompok kegiatan yang kita geluti perlu dihuni oleh orang-orang yang kuat lagi terpercaya, mampu mengelola, menjaga tugas dengan penuh tanggung jawab.

Dalam peperangan, sebaik-baiknya panglima adalah yang kuat, lihai dalam menyusun strategi, mahir memainkan senjata, menguasai bala tentara, berjiwa besar, bersuara lantang, dicintai dan dipercaya. Karenanya Rasulullah memilih panglima dari orang-orang yang kuat seperti Khalid bin Walid, Ali bin Abu Thalib, Usamah bin Zaid, Umar bin Khatab, saat berperang dan Rasulullah sendiri adalah Panglima besar. Beliau mengalami pertempuran pasca hijrah ke yastrib sampai Futuh Makkah, 10 tahun sebanyak 27 kali, belum termasuk pertempuran-pertempuran kecil.

Allah subhanahuwataala memerintahkan kaum muslim agar selalu mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi musuh yang tercantum dalam surah Al-Anfal ayat 60,

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi…”.

Musuh disini bisa berasal dari luar diri kita, juga dari dalam diri kita sendiri. Mulailah untuk memperkuat diri dari saat ini, mulai dari hal yang mudah, antusias untuk berbuat baik, berlapang dada dalam bersahabat, bergairah dalam beribadah, bersemangat tanpa melampaui batas, tanamkan kejujuran, lakukan tugas dan kewajiban sesuai dengan yang telah digariskan. Dan jangan melupakan do’a agar nikmat kekuatan tetap ada dalam diri, kita minta perlindungan dari kelemahan :

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kebingungan, kesedihan, kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, sifat bakhil, terlilit hutang dan dikuasai orang” (HR. Bukhori-Muslim)

Apabila seorang hamba ingin dirinya menjadi muslim yang kuat, maka hendaklah komitmen dan istiqomah dalam mengabdi kepada Allah subhanahuwataala untuk mendapatkan Ridho-Nya, Cinta-Nya, serta Kasih Sayang-Nya.

yang benarnya datangnya hanya dari Allah yang Maha Mengetahui {al haqqu minrobbikum}dan yang salah datangnya dari saya, gudangnya salah dan dosa

Posting Lebih Baru Posting Lama

Den Ryono. Diberdayakan oleh Blogger.

Dan Janganlah Kamu Mengikuti Apa yang Kamu Tidak Mempunyai Pengetahuan Tentangnya (Ilmunya). Sesungguhnya Pendengaran, Penglihatan dan Hati, Semuanya itu akan diminta Pertanggungan Jawabnya. (QS. Al-Isra : 36)

Kutinggalkan Pada Kamu Sekalian 2 Perkara Yang Kamu Tidak Akan Sesat Apabila Kamu Berpegang Teguh Pada Keduanya, Yaitu : Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya [[HR. Malik Dalam Al-Muwaththa' Juz 2 Hal 899]]