Sabar dan Syukur
Bergelut dengan kehidupan yang ada, suka duka, sedih gembira, menangis
dan tertawa, semua menemani hidup kita. Apa yang salah dengan kita
ketika kita tidak menerima kenyataan yang ada, sehingga sering kali
putus asa dan berbuat nekat. Apakah kenyataan hidup selalu pahit dan
menyakitkan? Bagaimana dengan gelap dan terang? Bagaimana siang dan
malam? Bagaimana bahagia dan derita. Semua senantiasa mewarnai hidup
kita bagai pelangi berwarna warni, terlihat cantik ketika itu bersatu
padu, sungguh indah hidup ini, dengan segala sebab dan akibat yang
ditimbulkan.
Menyesali diri adalah sesuatu yang biasa terjadi di akhir sebuah perbuatan dan kejadian, namun apa hendak di kata bila semua itu sudah terjadi.
Kelapangan dada (sabar dan
syukur) menjadi kunci utama menghadapinya. Apa pun yang terjadi, apa pun
yang kita alami, akibat perbuatan kita maupun orang lain, bahkan
ketidak adilan yang menimpa. Namun itu adalah kenyataan hidup yang harus
dijalani dan dihadapi. Berteriak, marah, dendam, menangis, kesal dan
kecewa, merupakan ekspresi yang manusiawi dilakukan. Tapi semua itu
tidaklah memberi jalan keluar, kecuali hati dan dada lebih lega dan
puas.
Hari-hari kita senantiasa diwarnai, apa pun peristiwa yang dihadapi dan dialami. Seperti halnya terbit dan terbenamnya matahari, dalam hitungan waktu terus berlalu, dalam hitungan masa tak terasa, tak ada yang bisa menahan lajunya sang mentari. Namun terus berganti, namun terus memberi arti setiap harinya. Apakah kita akan mengambil hikmah dari semua yang telah terjadi?
Sungguh manusia bukanlah makhluk sempurna, justeru kesempurnaannya adalah bagaimana melengkapi dan menjalaninya, oleh dirinya sendiri maupun orang tercinta disekitarnya. Kesempurnaan adalah suatu anugerah yang sangat luar biasa yang Tuhan berikan pada hambanya yang senantiasa sabar dan syukur
Sabar terhadap kepahitan hidup, sabar terhadap kesenangan dan limpahan hidup luar biasa. Kadang kita bisa belajar sabar terhadap kehidupan pahit, namun seringkali kandas saat kesenangan dan kebahagiaan. Seringkali kufur (tidak mensyukuri) terhadap semua nikmat yang ada. Sabar bukan hanya di saat susah, namun juga di saat bahagia. Sabar adalah sebuah aktifitas positif yang memberi kekuatan energy di dalam diri. Sabar bukanlah menerima caci maki dan pukulan tanpa melawan, sabar bukanlah diam ketika hak-hak kita diambil dan dirampok, sabar benar-benar merupakan “take action” yang harus dilakukan.
Syukur adalah ibarat bunga, makin dipupuk dan dipelihara maka makin tumbuh dengan subur, makin banyak bunganya, dan sungguh indah dilihat oleh siapa pun termasuk diri kita. Syukur terhadap apa pun yang kita terima, syukur di saat malam dan siang, syukur di saat sedih dan bahagia, adalah bentuk keikhlasan dan ketulusan dari hati yang paling dalam, dan akan muncul dalam perilaku sehari-hari. Sekecil apa pun rasa syukur yang dilakukan, begitu menenteramkan hati. Syukur pun merupakan perbuatan, bukan hanya perkataan di hati, pikiran dan lisan. Apa yang dimiliki dan dimanfaatkan sepenuhnya demi kemaslahatan manusia adalah syukur yang sebenarnya. Syukur bukan hanya dzikir tanpa melakukan apa pun.
Sabar dan Syukur dua buah kalimat yang tidak terpisahkan, senantiasa memancarkan energy yang sangat luar biasa. Tanpa dirasa keduanya merupakan obat yang menyembuhkan apa pun penyakit dalam diri, energy yang luar biasa senantiasa memancarkan sugesti dan do’a yang menyembuhkan. Sudahkah kita melakukannya.
Hari-hari kita senantiasa diwarnai, apa pun peristiwa yang dihadapi dan dialami. Seperti halnya terbit dan terbenamnya matahari, dalam hitungan waktu terus berlalu, dalam hitungan masa tak terasa, tak ada yang bisa menahan lajunya sang mentari. Namun terus berganti, namun terus memberi arti setiap harinya. Apakah kita akan mengambil hikmah dari semua yang telah terjadi?
Sungguh manusia bukanlah makhluk sempurna, justeru kesempurnaannya adalah bagaimana melengkapi dan menjalaninya, oleh dirinya sendiri maupun orang tercinta disekitarnya. Kesempurnaan adalah suatu anugerah yang sangat luar biasa yang Tuhan berikan pada hambanya yang senantiasa sabar dan syukur
Sabar terhadap kepahitan hidup, sabar terhadap kesenangan dan limpahan hidup luar biasa. Kadang kita bisa belajar sabar terhadap kehidupan pahit, namun seringkali kandas saat kesenangan dan kebahagiaan. Seringkali kufur (tidak mensyukuri) terhadap semua nikmat yang ada. Sabar bukan hanya di saat susah, namun juga di saat bahagia. Sabar adalah sebuah aktifitas positif yang memberi kekuatan energy di dalam diri. Sabar bukanlah menerima caci maki dan pukulan tanpa melawan, sabar bukanlah diam ketika hak-hak kita diambil dan dirampok, sabar benar-benar merupakan “take action” yang harus dilakukan.
Syukur adalah ibarat bunga, makin dipupuk dan dipelihara maka makin tumbuh dengan subur, makin banyak bunganya, dan sungguh indah dilihat oleh siapa pun termasuk diri kita. Syukur terhadap apa pun yang kita terima, syukur di saat malam dan siang, syukur di saat sedih dan bahagia, adalah bentuk keikhlasan dan ketulusan dari hati yang paling dalam, dan akan muncul dalam perilaku sehari-hari. Sekecil apa pun rasa syukur yang dilakukan, begitu menenteramkan hati. Syukur pun merupakan perbuatan, bukan hanya perkataan di hati, pikiran dan lisan. Apa yang dimiliki dan dimanfaatkan sepenuhnya demi kemaslahatan manusia adalah syukur yang sebenarnya. Syukur bukan hanya dzikir tanpa melakukan apa pun.
Sabar dan Syukur dua buah kalimat yang tidak terpisahkan, senantiasa memancarkan energy yang sangat luar biasa. Tanpa dirasa keduanya merupakan obat yang menyembuhkan apa pun penyakit dalam diri, energy yang luar biasa senantiasa memancarkan sugesti dan do’a yang menyembuhkan. Sudahkah kita melakukannya.
Every day, every time…
Posting Lebih Baru Posting Lama