Fase Taqlid
Taklid, didefinisikan para ulama
sebagai upaya “mengambil pendapat orang lain tanpa argumen (hujjah) yang
menguatkannya”. Akar dari dari taklid adalah “mengagungkan dan mengkultuskan
seseorang, oleh seorang muqallid yang mengikutinya.”. Kemudian dia merelakan
dirinya menjadi seorang pengikut, padahal Allah telah menciptakannya sebagai
pemimpin dan seorang yang merdeka.
Dalam kitab Talbis al-Iblis,
oleh Imam Ibnu al-Jauzi telah berkata dengan ungkapan yang fasih dan perlu kita
perhatikan. “Ketahuilah bahwa orang yang bertaklid (ikut-ikutan), sebenarnya
tidak yakin kepada apa yang diikuti. Sesungguhnya, di dalam budaya taklid
terkandung pembekuan fungsi akal karena sebenarnya akal diciptakan untuk
bertadabbur dan berpikir. Alangkah buruknya sikap orang yang diberikan kepadanya
lilin, lalu ia mematikan lilin itu dan berjalan di tengah kegelapan”.
Ketika manusia menunaikan
kewajiban menuntut ilmu, ada satu fase “ Dimana seorang penuntut ilmu harus
meningkat setapak dari taklid kepada orang lain ke ide pemikiran yang mandiri”.
Ia harus mengoptimalkan otak, bukan dengan otak orang lain baik yang masih hidup
atau mati. Ingat! Allah telah menganugerahkan akal untuk berpikir dan
bertadabbur (menghayati), bukan untuk dibekukan dan dinonaktifkan.
Al Qur’an telah menyindir dengan
keras. Yaitu kepada orang-orang yang telah menghina diri sendiri dan
mencampakkan akal mereka dengan jalan mengikuti nenek moyang, bapak-bapak, para
pemimpin dan pembesar-pembesar mereka, dalam memahami aqidah dan mempercayai dan
meyakini. Taklid kepada nenek moyang akan terkena makna sebuah ayat 170-171
dalam surat Al Baqarah.
”Apabila dikatakan kepada
mereka, ’ikutilah apa yang telah diturunkan Allah’, mereka menjawab, ’(Tidak),
tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek
moyang kami’. (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka
itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?Perumpamaan
(orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil
binatang yang tidak mendengar selain dari panggilan dan seruan saja. Mereka
tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.”
Mengapa kita harus meningkatkan
diri dari fase taklid? Tertulis dalam Al Qur’an tentang salah satu karakteristik
penghuni neraka dimana mereka saling bersumpah serapah, laknat melaknat antara
pengikut dan yang diikuti. Allah berfirman : ”Masuklah kamu sekalian ke dalam
neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu.
Setiap suatu umat masuk (kedalam neraka), dia mngutuk kawannya (yang
menyesatkannya). Sehingga, apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang
yang masuk kemudian diantara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu, ’Ya
Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka
siksaan yang berlipat ganda dari neraka.’Masing-masing mendapat (siksaan) yang
berlipat ganda, tetapi kamu tidak mengetahui.” (QS. Al A’raaf :38).
Posting Lebih Baru Posting Lama