Selamat Datang di Situs Resmi "Belajar Al Qur'an & As Sunnah"

Sholat Jum'at 2

Ancaman Bagi Orang yang Meninggalkan Sholat Jum’at

عَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ وَ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّهُمَا سَمِعَا رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ عَلَى اَعْوَادِ مِنْبَرِهِ: لَيَنْتَهِيَنَّ اَقْوَامٌ عَنْ وَدْعِهِمُ اْلجُمُعَاتِ اَوْ لَيَخْتِمَنَّ اللهُ عَلَى قُلُوْبِهِمْ، ثُمَّ لَيَكُوْنُنَّ مِنَ اْلغَافِلِيْنَ. مسلم 2: 591
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar dan Abu Hurairah, bahwa keduanya mendengar Rasulullah SAW bersabda di atas kayu mimbar beliau, “Sungguh kaum-kaum itu mau menghentikan dari meninggalkan Jum’at atau (kalau nekad) Allah pasti akan menutup hati mereka, kemudian mereka menjadi orang-orang yang lalai”. [HR. Muslim juz 2, hal. 591]

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ اَبِى قَتَادَةَ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ تَرَكَ اْلجُمُعَةَ ثَلاَثًا مِنْ غَيْرِ ضَرُوْرَةٍ طَبَعَ اللهُ عَلَى قَلْبِهِ. الحاكم فى المستدرك 1: 430
Dari ‘Abdullah bin Abu Qatadah, dari Jabir bin ‘Abdullah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang meninggalkan Jum’at tiga kali bukan karena berhalangan, maka Allah akan menutup hatinya”. [HR. Hakim dalam Al-Mustadrak juz 1, hal. 430]

عَنْ اَبِى اْلجَعْدِ الضَّمْرِىّ وَ كَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ تَرَكَ ثَلاَثَ جُمَعٍ تَهَاوُنًا بِهَا طَبَعَ اللهُ عَلَى قَلْبِهِ. الحاكم فى المستدرك 1: 415
Dari Abul Ja’diy Adl-Dlamriy, ia adalah seorang shahabat, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang meninggalkan Jum’at tiga kali karena meremehkannya, maka Allah akan menutup hatinya”. [HR. Hakim dalam Al-Mustadrak juz 1, hal. 415]

Waktu shalat Jum’at jika matahari tergelincir

عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص كَانَ يُصَلّى اْلجُمُعَةَ حِيْنَ تَمِيْلُ الشَّمْسُ. البخارى 1: 217
Dari Anas bin Malik RA, bahwasanya Nabi SAW shalat Jum’at ketika matahari sudah tergelincir. [HR. Bukhari juz 1, hal. 217]

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ كُنَّا نُصَلّى مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص ثُمَّ نَرْجِعُ فَنُرِيْحُ نَوَاضِحَنَا قَالَ حَسَنٌ فَقُلْتُ لِجَعْفَرٍ فِي أَيّ سَاعَةٍ تِلْكَ؟ قَالَ زَوَالَ الشَّمْسِ. مسلم 2: 588
Dari Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata : Dahulu kami shalat bersama Rasulullah SAW, kemudian kami pulang, lalu mengistirahatkan unta-unta kami”. Hasan berkata, Aku bertanya kepada Ja’far, “Sa’at apa ketika itu ?”. Ja’far menjawab, “Sa’at matahari tergelincir”. [HR. Muslim juz 2, hal. 588]

عَنْ اِيَاسِ بْنِ سَلَمَةَ بْنِ اْلاَكْوَعِ عَنْ اَبِيْهِ قَالَ كُنَّا نُجَمّعُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص اِذَا زَالَتِ الشَّمْسُ ثُمَّ نَرْجِعُ نَتَتَبَّعُ الْفَيْءَ. مسلم 2: 589
Dari Iyas bin Salamah bin Akwa’, dari bapaknya, ia berkata, “Dahulu kami shalat Jum’at bersama Rasulullah SAW ketika matahari telah tergelincir, kemudian kami pulang dengan mengikuti bayang-bayang (tempat teduh)”. [HR. Muslim juz 3, hal. 589]

عَنْ اَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُوْلُ: كَانَ النَّبِيُّ ص اِذَا اشْتَدَّ اْلبَرْدُ بَكَّرَ بِالصَّلاَةِ، وَ اِذَا اشْتَدَّ اْلحَرُّ اَبْرَدَ بِالصَّلاَةِ يَعْنِى اْلجُمُعَةَ. البخارى 1: 217
Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Adalah Nabi SAW apabila cuaca sangat dingin beliau menyegerakan shalat. Dan apabila cuaca sangat panas beliau menunggu cuaca menjadi dingin untuk shalat, yakni shalat Jum’at”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 217]

Adzan pada hari Jum’at

عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيْدَ قَالَ: كَانَ النّدَاءُ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ اَوَّلُهُ اِذَا جَلَسَ اْلاِمَامُ عَلَى اْلمِنْبَرِ عَلَى عَهْدِ النَّبِيّ ص وَ اَبِى بَكْرٍ وَ عُمَرَ رض، فَلَمَّا كَانَ عُثْمَانُ رض وَ كَثُرَ النَّاسُ زَادَ النّدَاءَ الثَّالِثَ عَلَى الزَّوْرَاءِ. البخارى 1: 219
Dari Saib bin Yazid, ia berkata, “Dahulu Adzan hari Jum’at pada awwalnya yaitu pada masa Nabi SAW, Abu Bakar dan ‘Umar RA adalah apabila imam sudah di atas mimbar. Kemudian setelah pada masa ‘Utsman RA, dan orang-orang sudah bertambah banyak, ia menambah adzan yang ketiga di Zauraa’ “. [HR. Bukhari juz 1, hal. 219]

عَنِ ابْنِ شِهَابٍ اَنَّ السَّائِبَ بْنَ يَزِيْدَ اَخْبَرَهُ اَنَّ التَّأْذِيْنَ الثَّانِيَ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ اَمَرَ بِهِ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ رض حِيْنَ كَثُرَ اَهْلُ اْلمَسْجِدِ وَ كَانَ التَّأْذِيْنُ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ حِيْنَ يَجْلِسُ اْلاِمَامُ. البخارى 1: 219
Dari Ibnu Syihab bahwasanya Saib bin Yazid menceritakan kepadanya, bahwasanya adzan yang kedua pada hari Jum’at yang ‘Utsman bin ‘Affan RA perintahkan adalah ketika orang-orang yang akan datang ke masjid bertambah banyak, dan dahulu adzan untuk hari Jum’at itu ketika imam sudah duduk (di atas mimbar). [HR. Bukhari juz 1, hal. 219]

عَنِ الزُّهْرِيّ قَالَ: سَمِعْتُ السَّائِبَ بْنَ يَزِيْدَ يَقُوْلُ اِنَّ اْلاَذَانَ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ كَانَ اَوَّلُهُ حِيْنَ يَجْلِسُ اْلاِمَامُ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ عَلَى اْلمِنْبَرِ فِى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ ص وَ اَبِى بَكْرٍ وَ عُمَرَ رض. فَلَمَّا كَانَ فِى خِلاَفَةِ عُثْمَانَ رض وَ كَثُرُوْا اَمَرَ عُثْمَانُ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ بِاْلاَذَانِ الثَّالِثِ فَاُذّنَ بِهِ عَلَى الزَّوْرَاءِ فَثَبَتَ اْلاَمْرُ عَلَى ذلِكَ. البخارى 1: 219
Dari Zuhriy, ia berkata : Aku mendengar Saib bin Yazid berkata : Sesungguhnya adzan pada hari Jum’at pada awalnya adalah ketika imam sudah duduk di atas mimbar pada hari Jum’at, pada masa Rasulullah SAW, Abu bakar dan ‘Umar RA. Kemudian pada masa khalifah ‘Utsman (bin ‘Affan RA), dan ummat Islam sudah banyak, Khalifah ‘Utsman menyuruh pada hari Jum’at untuk adzan yang ketiga. Maka dilakukan adzan di zaura’. Lalu keadaan itu berlanjut seperti itu. [HR. Bukhari juz 1, hal. 219]

Keterangan :
1. Yang dimaksud adzan ketiga adalah adzan yang dilakukan sebelum khathib berada di atas mimbar. Dikatakan adzan ketiga (seruan ketiga) karena sebelum masa khalifah ‘Utsman sudah ada dua seruan. Seruan pertama yaitu adzan ketika imam sudah duduk di mimbar. Seruan kedua yaitu iqamah ketika khathib sudah turun dari mimbar akan dilaksanakan shalat Jum’at.
2.  Zauraa’ adalah nama suatu tempat di pasar Madinah.

Larangan menyuruh orang untuk berdiri, lalu menempati tempatnya

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض يَقُوْلُ: نَهَى النَّبِيُّ ص اَنْ يُقِيْمَ الرَّجُلُ اَخَاهُ مِنْ مَقْعَدِهِ وَ يَجْلِسَ فِيْهِ. قُلْتُ لِنَافِعٍ: اْلجُمُعَةَ؟ قَالَ: اْلجُمُعَةَ وَ غَيْرَهَا. البخارى 1: 218
Dari Ibnu ‘Umar RA, ia berkata, “Nabi SAW melarang seseorang membangunkan saudaranya dari tempat duduknya, lalu ia duduk di situ”. Aku (Ibnu Juraij) bertanya kepada Nafi’, “Apakah diwaktu shalat Jum’at ?”. Ia menjawab, “Jum’at dan yang lain”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 218]

Diam ketika imam sedang berkhutbah

عَنِ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ اَخْبَرَنِى سَعِيْدُ بْنُ اْلمُسَيَّبِ اَنَّ اَبَا هُرَيْرَةَ اَخْبَرَهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ اَنْصِتْ وَ اْلاِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ. البخارى 1: 224
Dari Ibnu Syihab, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku Sa’id bin Musayyab bahwasanya Abu Hurairah mengkhabarkan kepadanya bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kamu berkata kepada temanmu, “Diam”, ketika imam berkhutbah, maka sungguh kamu telah berbuat sia-sia”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 224]

عَنْ سَعِيْدِ بْنِ اْلمُسَيَّبِ اَنَّ اَبَا هُرَيْرَةَ اَخْبَرَهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ اَنْصِتْ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ وَ اْلاِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ. مسلم 2: 583
Dari Sa’id bin Musayyab bahwasanya Abu Hurairah mengkhabarkan kepadanya bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kamu berkata kepada temanmu “Diam”, pada hari Jum’at ketika imam sedang berkhutbah, maka sungguh kamu telah berbuat sia-sia”. [HR. Muslim juz 2, hal. 583]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: مَنِ اغْتَسَلَ ثُمَّ اَتَى اْلجُمُعَةَ فَصَلَّى مَا قُدّرَ لَهُ ثُمَّ اَنْصَتَ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْ خُطْبَتِهِ ثُمَّ يُصَلّى مَعَهُ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَ بَيْنَ اْلجُمُعَةِ اْلاُخْرَى وَ فَضْلُ ثَلاَثَةِ اَيَّامٍ. مسلم 2: 587
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW beliau bersabda, “Barangsiapa yang mandi pada hari Jum’at, lalu berangkat ke shalat Jum’at, lalu ia shalat (sunnah) semampunya, kemudian diam hingga khutbah selesai, kemudian dia ikut shalat bersama imam, maka diampuni baginya apa yang terjadi antara Jum’at itu dengan Jum’at berikutnya, dan ditambah tiga hari”. [HR.Muslim juz 2, hal. 587]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ تَوَضَّأَ فَاَحْسَنَ اْلوُضُوْءَ ثُمَّ اَتَى اْلجُمُعَةَ فَاسْتَمَعَ وَ اَنْصَتَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَ بَيْنَ اْلجُمُعَةِ وَ زِيَادَةُ ثَلاَثَةِ اَيَّامٍ. وَ مَنْ مَسَّ اْلحَصَى فَقَدْ لَغَا. مسلم 2: 588
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berwudlu dengan memperbagus wudlunya, kemudian datang ke shalat Jum’at, lalu ia mendengarkan dan diam, maka diampuni baginya apa yang terjadi antara Jum’at itu dengan Jum’at berikutnya, dan ditambah tiga hari. Dan barangsiapa yang bermain-main dengan kerikil, sungguh dia telah berbuat sia-sia”. [HR. Muslim juz 2, hal. 588]

Khutbah dengan berdiri

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ص يَخْطُبُ قَائِمًا ثُمَّ يَقْعُدُ ثُمَّ يَقُوْمُ كَمَا تَفْعَلُوْنَ اْلآنَ. البخارى 1: 221
Dari Ibnu ‘Umar RA, ia berkata, “Adalah Nabi SAW berkhutbah dengan berdiri, kemudian duduk, kemudian berdiri (lagi) sebagaimana yang kalian lakukan sekarang ini”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 221]

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ص يَخْطُبُ خُطْبَتَيْنِ يَقْعُدُ بَيْنَهُمَا. البخارى 1: 223
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata, “Adalah Nabi SAW berkhutbah dua kali, dan beliau duduk diantara kedua khutbah tersebut”. [HR. Bukhari juz 1, hal. 223]

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ: كَانَتْ لِلنَّبِيّ ص خُطْبَتَانِ يَجْلِسُ بَيْنَهُمَا يَقْرَاُ اْلقُرْانَ وَ يُذَكّرُ النَّاسَ. مسلم 2: 589
Dari Jabir bin ‘Abdullah, ia berkata, “Adalah Nabi SAW melakukan dua khutbah, beliau duduk antara keduanya, beliau membaca Al-Qur’an dan mengingatkan manusia”. [HR. Muslim juz 2, hal. 589]

عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص كَانَ يَخْطُبُ قَائِمًا، ثُمَّ يَجْلِسُ، ثُمَّ يَقُوْمُ فَيَخْطُبُ قَائِمًا فَمَنْ نَبَّأَكَ اَنَّهُ كَانَ يَخْطُبُ جَالِسًا فَقَدْ كَذَبَ. فَقَدْ وَ اللهِ صَلَّيْتُ مَعَهُ اَكْثَرَ مِنْ اَلْفَيْ صَلاَةٍ. مسلم 2: 589
Dari Jabir bin Samurah bahwasanya Rasulullah SAW berkhutbah dengan berdiri, kemudian duduk, kemudian berdiri, lalu berkhutbah dengan berdiri. Barangsiapa memberitahukan kepadamu bahwa beliau berkhutbah dengan duduk, maka ia benar-benar berdusta. Demi Allah, aku telah shalat bersama beliau lebih dari dua ribu kali. [HR. Muslim juz 2, hal. 589]

Sa’at ijabah pada hari Jum’at

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص ذَكَرَ يَوْمَ اْلجُمُعَةِ فَقَالَ: فِيْهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَ هُوَ قَائِمٌ يُصَلّى يَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى شَيْئًا اِلاَّ اَعْطَاهُ اِيَّاهُ وَ اَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلّلُهَا. البخارى 1: 224
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW menyebutkan tentang hari Jum’at, lalu beliau bersabda, “Didalamnya ada sa’at (ijabah) yang tidaklah bersesuaian seorang hamba muslim yang berdiri shalat, memohon sesuatu kepada Allah Ta’aalaa kecuali Allah pasti mengabulkannya”, dan beliau mengisyaratkan dengan tangan beliau tentang singkatnya (sa’at ijabah itu). [HR. Bukhari juz 1, hal. 224]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص اَنَّهُ قَالَ: اِنَّ فِى اْلجُمُعَةِ لَسَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ فِيْهَا خَيْرًا اِلاَّ اَعْطَاهُ اِيَّاهُ. قَالَ: وَ هِيَ سَاعَةٌ خَفِيْفَةٌ. مسلم 2: 584
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda, “Sesungguhnya pada hari Jum’at itu ada sa’at (ijabah), tidaklah seorang muslim memohon kebaikan kepada Allah yang tepat pada waktu itu, kecuali Allah pasti mengabulkan permohonannya itu”. Beliau bersabda, “Waktunya itu sangat singkat”. [HR. Muslim juz 2, hal. 584]

عَنْ اَبِى بُرْدَةَ بْنِ اَبِى مُوْسَى اْلاَشْعَرِيّ قَالَ: قَالَ لِى عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ: اَسَمِعْتَ اَبَاكَ يُحَدّثُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص فِى شَأْنِ سَاعَةِ اْلجُمُعَةِ؟ قَالَ قُلْتُ: نَعَمْ سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: هِيَ مَا بَيْنَ اَنْ يَجْلِسَ اْلاِمَامُ اِلَى اَنْ تُقْضَى الصَّلاةُ. مسلم 2: 584
Dari Abu Burdah bin Abu Musa Al-Asy’ariy, ia berkata : ‘Abdullah bin ‘Umar bertanya kepadaku, “Apakah kamu pernah mendengar dari bapakmu menceritakan dari Rasulullah SAW tentang sa’at (ijabah) pada hari Jum’at ?”. Abu Burdah berkata : Aku berkata : Ya, aku pernah mendengar dia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sa’at tersebut adalah antara imam duduk hingga shalat dikerjakan”. [HR. Muslim juz 2, hal. 584]

Posting Lebih Baru Posting Lama

Leave a Reply

Den Ryono. Diberdayakan oleh Blogger.

Dan Janganlah Kamu Mengikuti Apa yang Kamu Tidak Mempunyai Pengetahuan Tentangnya (Ilmunya). Sesungguhnya Pendengaran, Penglihatan dan Hati, Semuanya itu akan diminta Pertanggungan Jawabnya. (QS. Al-Isra : 36)

Kutinggalkan Pada Kamu Sekalian 2 Perkara Yang Kamu Tidak Akan Sesat Apabila Kamu Berpegang Teguh Pada Keduanya, Yaitu : Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya [[HR. Malik Dalam Al-Muwaththa' Juz 2 Hal 899]]